Mohon tunggu...
Eddo Richardo
Eddo Richardo Mohon Tunggu... Penulis - Mantan Jurnalis media grup Jawa Pos

Ikhtiar, Menuju kehidupan yang hakiki

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Menikmati Malam di Warung Terapung Ampera

6 Agustus 2018   10:34 Diperbarui: 6 Agustus 2018   10:40 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warung terapung Mas Gito. (Dok.Pri)

Malam itu, di bulan Nopember 2017, kaki saya melangkah sendiri menuju Spot wisata terkenal Jembatan Ampera dan Benteng Kuto Besak di Kota Empek-Empek Palembang, Sumatera Selatan. 

Menumpang Transportasi Online, sampailah di lokasi tersebut, pertama kali yang saya incar adalah pemandangan Jembatan Ampera dengan kerlap-kerlip lampu yang tergantung di sepanjang Jembatan. 

Puas menimatinya dan setelah selesai mengambil beberapa spot untuk berfoto ria, saya melangkahkan kaki menyusuri temaramnya suasana Benteng Kuto Besak yang didirikan pada jaman kesultanan Palembang yang saat ini dijadikan Markas Komando Daerah Militer (KODAM) Sriwijaya. 

Pesona Jembatan Ampera. (Dok.Pri)
Pesona Jembatan Ampera. (Dok.Pri)
Terlihat kemegahan benteng tersebut dengan hamparan pelataran yang sangat luas dihiasi dengan deretan Pohon Palem. Malam itu, kawasan tersebut tampak dipenuhi para muda-mudi dan para pelancong lainnya yang menikmati semilirnya angin malam di Benteng Kuto Besak yang juga disinari lampu berwarna-warni. 

Didera dinginnya malam, mata mulai terasa berat dan ketika menyisiri pinggiran Sungai Musi tersebut, mata saya tertuju ke sebuah perahu yang terombang-ambing di pinggiran sungai yang ternyata sebuah warung yang bertuliskan Mas Gito, Mie Tek-Tek Nasi Goreng Terapung Berkah. 

Tak jauh dari sebelah Warung Mas Gito tersebut juga terdapat sebuah Restoran terapung yang memang terlihat mewah dengan bentuk sebuah kapal besar, saya lebih memilih ke Warung Mas Gito karena terlihat sederhana dan mungkin uang yang saya belanjakan lebih bermanfaat bagi yang punya warung tersebut dibandingkan Kapal terapung mewah yang sudah mapan.

Lenggang dan Kopi Hitam. (Dok.Pri)
Lenggang dan Kopi Hitam. (Dok.Pri)
Di warung tersebut saya memesan secangkir kopi hitam dan makanan khas Palembang yakni Lenggang. Pempek lenggang adalah sejenis dadar telur atau telur dadar yang diberi potongan pempek lenjer atau pempek bakso bulat didalamnya digoreng dan bisa dibakar atau dipanggang. 

Dicampur cuka kental pedas manis rasanya cukup yahud dan menghilangkan rasa kantuk yang mulai mendera. Sepiring Lenggang saya nikmati sembari ngobrol dengan salah seorang pelayannya yang bernama Roni. 

Dikatakan Roni, Warung terapung ini beroperasi hingga pukul 12 malam yang dikelola oleh Mak Ruri yang mana setiap malamnya selalu ramai dikunjungi pelanggan dan pelancong yang menikmati malam di Benteng Kuto Besak Palembang. 

Dijelaskan pelayan tersebut lagi, di tengah-tengah Sungai Musi terdapat sebuah Pulau yang dinamakan Pulau kemaro yang berdiri sebuah Klenteng atau pagoda dan juga terdapat Pohon Cinta dimana terdapat mitos kalau pasangan yang berkunjung ke sana maka akan berjodoh hingga ke pelaminan. 

Pulau Kemaro (wisatasumatera.com)
Pulau Kemaro (wisatasumatera.com)
Pulau Kemaro tersebut terdapat legenda dimana pada jaman kerajaan Sriwijaya ada seorang Putri Raja bernama Siti Fatimah yang dipersunting oleh suudagar Tionghoa bernama Tan Bun An yang kemudian mereka pergi ke Tiongkok bertemu orang tua Tan Bun An. 

Kemudian mereka pulang dan dihadiahi 7 guci oleh kedua orang tua Tan Bun An dan ketika dalam perjalanan pulang di tengah Sungai Musi, Tan Bun An membuka guci tersebut yang ternyata berisi sawi-sawi asin yang kemudian langsung dibuang satu persatu dan ketika hendak membuang guci ketujuh, guci tersebut terjatuh dan pecah di atas dek perahu layar yang dinaikinya. 

Ketika pecah ternyata di dalam guci tersebut ada hadiah yang ditutupi sayuran sawi asin. tanpa berpikir panjang, Tan Bun An langsung terjun ke Sungai untuk mencari guci-guci yang telah dibuangnya, seorang pengawal juga terjun untuk membantu. 

Setelah berapa lama tak muncul, Siti Fatimah kemudian juga ikut terjun ke dalam sungai. Akhirnya, ketiga orang tersebut tak muncul-muncul lagi. Penduduk sekitar sering mendatangi Pulau Kemaro untuk mengenang ketiga orang tersebut dan tempat tersebut dianggap keramat. (Sumber : DISPARNUD Kota Palembang, Tahun 2009)

''Kalau mau ke sana bisa nyewa perahu dan bisa berkeling-keliling di seputaran Sungai Musi,''ujar Roni.

Pulau Kemaro ramai ketika perayaan Cap Go Meh yang mana masyarakat keturunan Tionghoa akan datang untuk sembahyang dan berdoa di Klenteng tersebut. 

Tak terasa, arloji di tangan sudah menunjukkan pukul 23.30 WIB, mata sudah terasa berat, perut sudah kenyang terisi dan akhirnya saya pamit setelah sebelumnya membayar minuman dan makanan yang telah disantap. 

Kaki saya melangkah meninggalkan peninggalan sejarah Benteng Kuto Besak, Jembatan Ampera, dan bantaran Sungai Musi Palembang, Sumatera Selatan. (**)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun