SUNGAILIAT- Lahan bekas (eks) tambang timah di kawasan Sinar Jaya Jelutung tepatnya di kawasan Matras, Sungailiat, Kabupaten Bangka sejak tahun 2014 hingga tahun 2018 yang digarap menjadi lahan pertanian padi sawah sudah berhasil melakukan panen padi dengan kisaran perhektarnya menghasilkan gabah seberat 4 ton lebih. Â
Oleh karena itulah, Pemda Kabupaten Bangka setiap kali kawasan tersebut akan melaksanakan panen maka selalu diselenggarakan kegiatan seremonial dalam rangka menggugah dan memberi contoh serta menginformasikan kepada masyarakat bahwa lahan bekas tambang timah jika diolah sebaik mungkin maka akan menghasilkan. Panen padi di lahan eks tambang timah tersebut juga dijadikan bukti konkret dalam hal penyelamatan lingkungan di Kabupaten Bangka.
''Kelompok Tani Mekar ini bisa dijadikan sebagai pelopor penyelamat lingkungan daerah Kabupaten Kabupaten Bangka yang mana sudah terbukti seluas 8 hektar yang telah ditanami padi dan sudah menghasilkan. Gapoktan ini juga melakukan pencetakan lahan sawah tanpa ada bantuan dari Pemda dan itu dilaksanakan karena keterbatasan lahan sehingga mereka bisa mengolah lahan bekas tambang timah,''ungkap Kemas.
Sementara itu, Staf Ahli Bupati Bangka Bidang Perekonomian, Dawami, yang mewakili Bupati Bangka, dalam sambutannya memberikan apresiasi kepada Gapoktan Mekar yang telah sukses mengolah lahan bekas tambang menjadi areal pertanian padi. Kedepannya, Pemda Bangka akan terus memprioritaskan pengembangan pertanian di Kabupaten Bangka.
''8 Hektar di Kawasan bekas tambang timah ini sudah memberikan bukti dan harus terus diperhatikan dalam pengembangan kawasan pertanian. Pemda Bangka memberikan apresiasi dan semangat agar Gapoktan terus mengembangkan pertaniannya. Kebutuhan beras di Kabupaten Bangka ini harus tersedia kurang lebih 45 ribu ton pertahunnya, oleh karena itu kita harus melakukan langkah-langkah konkrit untuk meningkatkan produksi bahan pangan padi,''jelas Dawami.
''Tidak Tahu Lagi Harga Beras''
Diceritakannya, pada tahun 2014, dirinya yang sebelumnya menggeluti pekerjaan sebagai penambang timah sudah tidak bisa bekerja lagi dikarenakan factor usia. Untuk itulah, dirinya bersama dengan rekan-rekannya mulai membuka lahan bekas tambang untuk ditanami padi dengan menggunakan peralatan seadanya dan tanpa bantuan dari Pemda. Menggunakan pupuk subsidi mulailah ditanami padi yang mana untuk irigasi selama 6 bulan mencangkul untuk mengairi lahan padi tersebut.
''Alhamdulillah hasilnya sudah terlihat dan sekarang kita sudah tidak tahu lagi harga beras di pasaran karena tidak pernah membeli beras lagi. Pertama tanam kita mendapatkan bibit 5 Kg yang kemudian dikembangkan dan menghasilkan menjadi 1 ton 300,''ungkap Sofyan.
Setelah berhasil dikembangkan, kemudian barulah ada bantuan dari Pemda untuk bibitnya dan peralatan lainnya dan memang yang menjadi kendala saat ini adalah untuk mesin giling yang mana setiap panen mereka harus melakukan penggilingan padi di Pugul, Kecamatan Riausilip dengan jarak yang cukup jauh.
''Dalam satu kali panen, kami bisa untuk makan satu tahun dalam satu keluarga. Hasil panen ini ada kita bagi kepada teman dan juga dijual untuk modal pupuk dan lainnya. Selain ini juga, kita mendapat bantuan sapi dari Pemda Bangka dan kita kelola yang mana sekarang sudah bertambah,''jelas Pria 4 anak ini. (Eddo Richardo/Humas Pemda Bangka)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H