Mohon tunggu...
Eddie MNS Soemanto
Eddie MNS Soemanto Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Humor

Buku puisinya Konfigurasi Angin (1997) & Kekasih Hujan (2014). Saat ini bekerja di sebuah perusahaan otomotif.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(Hari Pahlawan) Uang Pensiun

10 November 2013   22:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:20 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kok Bapak tahu?" Tanyaku.

"Teman seperjuangan Pak Dei pernah bercerita. Kadang Bapak ikut sedih juga, kenapa Pak Dei belum terima juga uang pensiunnya. Padahal kalau dipikir-pikir, uang pensiun itu tidak seberapa jika dibandingkan sekarang dengan hasil panenan kebun Pak Dei. Bukan uangnya, sepertinya, yang menjadi tujuan Pak Dei."

"Lalu apa, Pak?" Kejarku.

"Entahlah." Bapak menatapku. "Hanya Pak Dei pernah bilang, bahwa ada sesuatu yang kurang lengkap kalau belum mendapatkan uang pensiun tersebut. Kalau belum dapat berarti Pak Dei tidak dianggap pejuang, barangkali begitu."

Aku tercenung. Eksistensi, gumamku. Tetapi percayalah Pak Dei, Tuhan tidak akan membeda-bedakan orang, apakah dia pejuang atau tidak. Tuhan akan mencatat sumbangsih dan perjuanganmu akan kemerdekaan negeri ini. Toh berapa banyak pejuang-pejuang mati tanpa dikenal, dikubur, dengan nisan bertuliskan 'Tak Dikenal'.

"Tetapi, Pak," masih dengan Bapak. "Bagaimana dengan orang-orang yang tidak berjuang kok malah dapat uang pensiun sebagai pejuang? Saya dengar, ada orang seperti ini."

"Barangkali ia dapat uang pensiun karena ketentaraannya, bukan karena ke-pejuangannya, Nak." Bapak mencoba menerangkan. "Kalaupun ada barangkali itu oknum."

Bapak berusaha menutupi sesuatu yang sekarang ini lazim dilakukan di negeri ini. Betul, menuduh tidak boleh, tetapi aku tahu kok, Pak, berapa banyak orang-orang menipu di negeri ini untuk kepentingan pribadi. Bahkan hal itu sudah dilakukan bukan oleh orang kebanyakan, tetapi ada juga orang terpandang atau pun pejabat yang melakukannya. Tetapi, ah, sudahlah, cerita hal itu tidak akan ada habis-habisnya.

Seperti juga halnya denganku, tak habis pikir aku bertanya, di mana letak tersangkutnya ke-administrasi-an Pak Dei, sehingga Pak Dei tidak menerima uang pensiunnya sebagai veteran, bahkan setelah beliau wafat. Ya Allah, lapangkan kubur buat Pak Dei. Jauhkan beliau dari siksa kubur, dan jauhkan pula dari siksa api neraka. Terimalah dengan indah segala sumbangsih dan perjuangannya buat ibu pertiwi, ya Allah.@

NB.

- Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community.

- Silahkan  bergabung  juga di grup FB Fiksiana Community.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun