Mohon tunggu...
Eddie MNS Soemanto
Eddie MNS Soemanto Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Humor

Buku puisinya Konfigurasi Angin (1997) & Kekasih Hujan (2014). Saat ini bekerja di sebuah perusahaan otomotif.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Lampu Egois

21 Juli 2010   10:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:42 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

HARGANYA satu set ada yang sampai 16 juta. Makanya tak heran yang memakai dan menggunakan alat ini mobil-mobil mewah. Mewah di sini bisa saya kategorikan mobil baru yang seharga 200 juta ke atas. Sebetulnya penggunaan alat ini pada mobil baru tidaklah begitu teramat dibutuhkan, sebab mobil-mobil baru tersebut sudah dilengkapi pencahayaan atau lampu yang memadai, yang sesuai dengan komponen mobil keluaran ATPM.

Cuma karena kita tinggal di Indonesia, yang mana orang Indonesia ini mempunyai tabiat yang unik (yah, termasuk saya kali) suka mempunyai sesuatu kalau bisa beda sama orang lain pakai.

Alat yang dimaksud di atas yaitu lampu depan. Banyak sekarang mobil-mobil tersebut memakai lampu depan yang sangat terang benderang sekali, sudah terang 'nyalang' pula ke atas, sehingga mobil yang berpapasan arah, tersigagap silau, dan terpaksa minggir karena tidak bisa melihat. Gagah banget rasanya orang yang memakai bohlam lampu tersebut (sengaja saya tak menyebut merek-nya), narsis, tapi orang lain tak merasa jadi teraniaya. Emang gua pikirin.

Makanya ada anekdot, banyak orang buta bisa nyetir mobil. Baik buta matanya (dengan nyala-in lampu terang benderang, di tengah kota, mana hari gak hujan, tegak pula ke atas), juga buta hatinya (orang lain terpinggirkan olehnya). Mestinya pihak kepolisian me-razia hal tersebut, atau pihak-pihak terkait melarang peredaran bohlam lampu tersebut, yang bisa jadi tidak atau kurang tepat penggunaannya. Selain itu sangat membahayakan bagi orang lain sesama pengguna jalan, dan sesama pembayar pajak. Tapi sepertinya hal ini akan tetap dibiarkan berlalu, seperti hal-hal kecil lainnya.@21VI10

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun