“Kasihannya kenapa baru belakangan dia menyesal?”
“O, ia tidak menyesal, malah katanya ia ikhlas uangnya habis ‘percuma’ untuk itu.”
“Ah itu kan kata mulutnya. Kata hatinya apa pernah kau tahu? Harusnya dari awal, ia kan mesti menyelidiki kredibilitas, baik dirinya maupun partai barunya itu.”
“Ya itulah hebatnya.”
"Kok hebat?"
"Iya ya, kok hebat???"@
* Cerita ini pernah dimuat di www.narasied.com dengan judul yang sama. Cuma karena asyik aja saya ingin membagikannya lagi di kompasiana.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!