Mohon tunggu...
Edi Sutomo
Edi Sutomo Mohon Tunggu... -

Guru Matematika yang pernah mengajar di SMA Insan Madani Meukek, Aceh Selatan sekarang tinggal di Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengembalikan Nilai-Nilai Ketuhanan Dalam Proses Pendidikan

3 Mei 2014   18:50 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:54 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ridha (رِضَى ) menurut kamus al-Munawwir artinya senang, suka, rela. Dan bisa diartikan Ridha/rela adalah nuansa hati kita dalam merespon semua pemberian-NYA yang setiap saat selalu ita rasakan. Pengertian ridha  juga ialah menerima dengan senang segala apa yang diberikan oleh Allah s.w.t. baik berupa peraturan ( hukum ) atau pun qada’ atau sesuatu ketentuan dari Tuhan.

Sebagai mahluk yang meyakini adanya Tuhan dan salah satunya diwujudkan dalam ketetapan-NYA akan melahirkan sikap Legowo dan ikhlas. Manusia bila sudah memiliki sikap ikhlas, maka dalam setiap tindakan akan melahirkan sikap positif. Bila sudah niat hanya untuk mencari Ridha Tuhan maka dalam belajarpun tidak akan diliputi keraguan akan kegagalan,pintar, bodoh dan sebagainya

Bila niat yang benar sudah dimiliki oleh setiap pembelajar, maka satu hal yang perlu dijaga adalah mempertahankan niat yang baik tersebut atau konsisten dalam menjaga niat baik. Karena dalam menjaga niat baik ini jauh lebih susah daripada saat memutuskan niat di awal. Bila niat yang sudah dicetuskan diawal sudah dijaga maka kecurangan - kecurangan dalam setiap proses pembelajaran tidak akan dilakukan bahkan mungkin terpikirkan  pun tidak. Karena ia yakin bahwa dalam mencari keridha-an Tuhan harus melalui jalan natau cara yang "dikehendaki" Tuhan, secara sederhananya tidak akan menggunakan cara-cara yang dapat mengurangi nilai-nilai ke-Tuhan-an dalam setiap proses pembelajaran.

Buah dari menjaga niat yang baik dalam setiap proses pembelajaran dapat dilihat dari kesungguhan dan sikap pantang menyerah untuk selalu melakukan yang terbaik. Pembelajar (dalam hal ini anak yang sedang sekolah/kuliah) yang selalu menyertakan nilai-nilai ke-Tuhan-an dalam setiap proses belajarnya ia tidak memiliki tujuan belajar untuk pintar/pandai dan berujung kepada mudah untuk mendapat pekerjaan melalui ijaza yang dimilikinya. karena pintar itu merupakan konsekuensi logis dari setiap proses pembelajaran yang bertumpu kepada keseriusan dan konsistensi dalam menjaga niat untuk kebaikan.

Ketika sudah mampu menjaga niat dengan tetap mengutamakan nilai-nilai ke-Tuhan-an melalui setiap proses yang dilaksanakan, maka pembelajar akan senantiasa menyerahkan "ending" atau output tetap dalam koridor ke-Tuhan-an. Dalam hal ini selaku mahluk yang percaya kepada ketetapan Tuhan, bahwa Tuhan tidak akan memberikan hasil yang mengecewakan kepada setiap pembelajar sejauh para pembelajar tetap konsisten dalam menjalankan proses yang baik.

Bisa jadi salah satu sumber persoalan dalam proses pembelajaran (pendidikan) kita selama ini adalah para pendidik melupakan prinsi-prinsip ke-Tuhan-an dalam proses pembelajarannya. Sikap - sikap kejujuran, respect kepada sesama, pembelajaran yang berorientasi kepada proses, metode pengajaran yang mengutamakan kemajemukan potensi anak didik sudah mulai tercerabut salam proses pendidikan kita.

Dalam proses belajar mengajar di sekolah hendaknya guru sangat mengutamakan prinsip-prinsip dasar sifat manusia selain mengajar ketuntasan belajar dan angka-angka pencapaian belajar anak didik. Karena angka-angka itu merupakan sebuah konsekuensi dari setiap proses pendidikan yang berjalan, bila proses pembelajaran yang berjalan di sekolah melupakan prinsip-prinsip dasar kemanusiaan maka angka-angka pencapaian belajar itupun kurang bermakna bagi proses perkembangan karakter anak didik.

Semua ini diawali dari pendidik dalam hal ini Guru, maukah guru dalam setiap proses pembelajaran mulai merubah paradigma bahwa anak didik merupakan titipan dan sebuah kertas putih yang sejatinya mewarisi sifat-sifat ke-Tuhan-an mulai dari kejujuran, setiap anak memiliki kemampuan yang beragam terhadap berbagai hal, dll.

Penulis meyakini dalam agama apapun yang ada, untuk mendapatkan hasil yang baik (dalam hal ini anak didik yang memiliki kepribadian yang mantap) nilai-nilai ke-Tuhan-an itu tidak boleh hilang dalam setiap proses pendidikan. Dimana nilai-nilai ke-Tuhan-an yang perwujudannya adalah sikap-sikap positif yang mampu membangun karakter anak sudah mulai luntur maka anak didik pun tak ubahnya sebuah robot yang tak memiliki nurani serta karakter sebagai manusia yang utuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun