Mungkin aku sedang tak benar benar lapar. Ketika segelas susu dan setangkup roti kau suguhkan di hadapanku. Sebab yang aku mau hanya senyumanmu yang tak benar benar kudapati di pagi itu.
Ada apa?
Hangat mentari tiba tiba tersapu mendung. Cerah sinarnya seketika lenyap berganti awan yang menduka. Titik titik tangisnya menghantarkan pikirku tentang semalam bersamamu.
Segaris senyum datar terlukis di bibirmu. Serabut wajah kaku menyambutku di balik pintu. Mungkin lamanya waktu untukmu menungguku. Sebab denting waktu telah dipukul 12 kali dalam lautan bisu.
Rupanya kemarahan tak bisa mewakilkan kecewamu. Karena memang bukan seperti itu yang kau mau. Namun melihat pesonamu yang raib sejak semalam, aku tahu bahwa kamu tak sedang berbaik hati padaku.
Aku tahu seperti itulah caramu melampiaskan amarahmu. Aku mengerti. Dan aku tak akan mengganggumu. Sebab aku sedang sibuk dengan doa doa pada Tuhan agar kau tak pergi dariku.
Benuo Taka, 22 Februari 2020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H