"Adik nanti keluarnya lewat sini." Telunjuk ibu menunjuk ke arah bagian vitalnya tanpa harus memperlihatkannya.
Atau.... "Adik nanti keluarnya lewat lubang pipis mama."
Atau.... "Jika tidak bisa, maka adik akan dikeluarkan lewat perut. Perut mama akan dibelah sama dokter di rumah sakit."
Dengan cara ini, anak akan diberikan gambaran bahwa ada jalan lahir bagi bayi dari dalam perut ibunya untuk bisa keluar. Lebih sederhana dan mudah dipahami, bukan?
Pada dasarnya, anak yang memiliki rasa ingin tahu yang besar adalah anak yang pintar. Hal ini sangat baik untuk tumbuh kembang otaknya. Hanya saja jika diisi dengan kebohongan dan hal hal yang menakutkan, maka dapat dipastikan anak akan takut mencari tahu lebih banyak lagi tentang suatu kebenaran.
Anak hanya terpaku pada kebohongan kebohongan yang diciptakan orang tuanya. Pemikirannya pun tak akan berkembang ke arah yang benar hingga dewasa. Sehingga hal ini bisa menjadi dosa turunan yang akan ditularkan pada generasi berikutnya.
Bagaimana? Masih mau menakut nakuti anak dengan kebohongan dengan alasan demi keselamatan hidupnya?
Benuo Taka, 25 Februari 2020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H