Mohon tunggu...
EcyEcy
EcyEcy Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Sejatinya belajar itu sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Jangan Panggil Aku Burung Malam

23 Februari 2020   18:35 Diperbarui: 23 Februari 2020   18:33 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari mulai gelap. Malam sudah datang. Bulan dan bintang muncul perlahan di langit yang hitam. Sekarang semua hewan banyak yang istirahat di kandang. Istirahat di sarang.

Tapi tiba tiba ada bayangan hitam terbang ke sana kemari diantara lebatnya pepohonan. Cepat sekali. Hingga susah dibedakan yang mana hewan dan yang manakah bayangannya.

Sekelompok kumbang memandang heran. Mengapa ada burung terbang malam hari. Biasanya burung pulang ke sarang. Istirahat mencari makan. Esok pagi baru terbang kembali.

"Hei lihat! Ada burung malam yang bergelantungan di atas pohon." Kumbang berteriak memberitahukan apa yang dia lihat pada teman temannya.

"Aneh. Burung kok begadang." Teriak kumbang yang satunya lagi.

"Biasanya burung tidur di sarang. Yang ini malah bergelantungan di ranting dan dahan." Teriak kumbang lainnya keheranan.

"Mulutnya juga aneh. Banyak dihiasi gigi tajam. Padahal aku nggak pernah lihat burung punya gigi." Teriak kumbang berikutnya dengan heran.

"Yang aku tahu, burung malam itu burung hantu. Tapi burung hantu kalau hinggap di atas dahan tidak terbalik seperti itu." Teriak kumbang yang satunya lagi.

Kelalawar mendengar sekilas apa yang kumbang bicarakan. Kelalawar merasa tidak enak hati. Sebab dia sudah jadi bahan pembicaraan kumbang kumbang. Ada yang tak enak di dengarnya. Para kumbang menyebutnya burung malam yang aneh. Dia tidak terima.

"Enak aja aku dibilang burung malam. Pakai kata aneh lagi." Kelalawar mengomel sambil terbang mendekati para kumbang.

Para kumbang pun berlari menghindari burung malam. Mereka takut di makan. Sebab burung sangat suka dengan serangga seperti mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun