Dari kejauhan kulihat seorang wanita muda sedang menyirami tanaman di taman mungil depan rumahnya. Tak lama datang anak sekolah berpakaian merah putih di dekatnya. Anak itu melihat ke satu arah yang sama sejak datang hingga beberapa detik kedepannya.
"Mama.... Ada makhluk aneh." Gea menunjuk tanaman mungil di dalam pot kecil dengan seluruh tubuh yang ditutupi duri.
"Oh... Itu kaktus. Itu tanaman unik." Mama tersenyum melihat mimik muka Gea yang bingung.
"Tanaman?"
"Iya."
"Kok nggak ada daunnya?"
"Siapa bilang nggak ada daunnya. Itu daunnya. Banyak sekali." Mama menunjuk duri duri halus yang menutupi seluruh permukaan tubuh tanaman.
"Daun kok begini." Gea memandang kaktus itu dari dekat sambil memonyongkan bibirnya karena heran.
"Eits...Biar kecil begini tapi banyak manfaatnya loh."
"Inikan duri, Ma." Gea nggak mau kalah pendapat dengan mamanya.
"Gea tahu kan kalau tanaman kaktus hidup di tempat yang seperti apa?"
"Kering, Ma."
"Benar. Kalau tanaman kurang air, apa yang terjadi?"
"Bisa layu, Ma."
"Habis itu?"
"Ya mati dong, Ma."
"Anak pintar. Makanya kaktus menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Ia mempunyai daun berbentuk duri untuk mengurangi penguapan air ke udara. Sedang batangnya menyimpan cadangan air yang banyak. Sehingga kaktus tidak pernah kekurangan air meskipun hidup di tempat kering dalam waktu lama."
"Hebat ya, Ma. Pantasan aja badannya gendut. Ternyata batangnya sebagai tabungan air buat hidupnya."
Sang mama tersenyum geli. Gea tertawa bahagia. Sedangkan aku hanya bisa menikmati keceriaan itu dari dalam pagar rumahku. Di samping rumah mereka.
Benuo Taka, 12 Februari 2020.