Mohon tunggu...
EcyEcy
EcyEcy Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Sejatinya belajar itu sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perjuangan Mawar Mengikuti Garis Takdirnya

5 Februari 2020   21:56 Diperbarui: 5 Februari 2020   22:04 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebut saja dia mawar. Seorang pelajar SMP yang memiliki semangat juang tinggi untuk hidup lebih baik lagi. Terlahir dari keluarga sederhana namun kaya hatinya. Dekat dengan ibu yang tak pernah melahirkannya. Santun pada bapak ibu gurunya. Ceria bersama teman temannya.

Mawar begitu aktif dalam kegiatan di sekolah. Kegemarannya dengan bola volley menghantarkan dia sebagai atlit olah raga permainan itu di tingkat sekolah. Kegesitannya mengembalikan bola lawan, kekuatan smash yang dihasilkannya, membuat pembina ekskul memilihnya.

Mawar terpilih sebagai atlit untuk tim inti pada pertandingan volley antar sekolah di tingkat kabupaten. Dalam tiga kali laga, Mawar berhasil membawa timnya ke ajang bergengsi di kabupatennya. Meski tak pulang dengan label juara, setidaknya ada kenangan yang ditorehkannya di bidang yang dia suka.

Sejak saat itu, Mawar dikenal luar biasa oleh teman sepermainannya. Mawar yang lincah. Mawar yang gesit. Mawar yang rajin. Begitulah guru dan teman teman menilainya. Meskipun dari segi akademik, dia termasuk lambat dalam mencerna ilmu eksakta. Tapi ketekunannya tak membuat nilainya merosot semua.

Di suatu pagi, saat bimbel pelajaran UN dimulai, dia terlihat tak seperti biasanya. Badannya lemah, wajahnya pucat, tingkahnya kurang bergairah. Kemana Mawar yang ceria? Tak ada yang mengetahuinya. Semua berjalan tiba tiba saja. Dia hanya bisa menelungkupkan wajahnya di balik lipatan tangan di atas meja.

Setelah hari itu, waktu waktu berikutnya terasa sangat kontras sekali. Keceriaan Mawar yang dulu benar benar hilang. Sering tidak masuk sekolah karena sakit. Tubuhnya lemah tak mampu beraktifitas berat seperti biasa. Rasa lelah begitu cepat menderanya meski hanya dengan menghabiskan hari dari pagi sampai sore dengan santai di sekolah.

Wali kelas pun semakin panas telinganya sebab seringnya mendapatkan laporan ketidakhadiran Mawar di sekolah hampir di setiap minggunya. Tak ada yang tahu penyebabnya. Mungkinkah musim pancaroba yang membuat tubuhnya lemah? Ataukah faktor lelah yang membuat semangat belajarnya turun semua?

***

Dua Minggu setelah pemantauan wali kelas terhadap Mawar tidak menemukan perubahan yang signifikant, akhirnya wali kelas dan guru BK berinisiatif memanggil orang tuanya ke sekolah. Ada uneg uneg yang mewakili isi kepala bapak ibu guru yang harus diketahui orang tuanya. Berharap misteri ini dapat terungkap nyata.

Keesokan harinya, ibunya Mawar menghadiri undangan di sekolah. Sebagai seorang anak, ketika melihat ibunya hadir di sekolah, tentu hal ini menjadi sesuatu yang teristimewa baginya. Dia menghampiri ibunya lalu sigap memeluknya. Dan aku lihat, mata ibu mulai berkaca tanpa aku tahu penyebabnya.

Selepas pembicaraan panjang antara wali kelas, guru BK dan ibunya Mawar, wali kelas terkesan sibuk mempersiapkan segala hal. Ketika ditanya soal kedatangan orang tua ke sekolah, wali kelas hanya tersenyum simpul saja. Begitu pula guru BK. Sampai akhirnya kepala sekolah mengadakan rapat terbuka antara guru mata pelajaran, guru BK dan Kepala sekolah.

Di rapat itulah semua terungkap. Aku yang sempat berfikir terjadi sesuatu dengan Mawar pun tak terlalu terkejut dengan informasi itu. Sebab dari gerak gerik ibu dan anak yang dapat kutangkap dengan mata kepala, ada hal riskan yang dialami anaknya. Dan hal itu jelas mempengaruhi proses belajarnya di sekolahnya.

Mawar, anak yang ceria kini harus berjuang melawan keterpurukannya. Sakit radang pembuluh darah yang diidapnya membuat dia harus hati hati berpikir dan bertindak di setiap harinya. Dia tak mungkin lagi melawan rasa lelah. Sebab tubuhnya tak akan mampu menerima. Itulah sebabnya akhir akhir ini tubuhnya lemah.

Entah apa yang ada di dalam tempurung kepala dokter yang memeriksanya waktu itu. Dokter bukan Tuhan tapi orang tua Mawar seakan percaya sepertinya dia Tuhan saja. Prediksi medis memperkirakan usia Mawar hanya setahun saja. Kesimpulan itu diambil karena kemungkin pecahnya pembuluh darah lebih besar adanya.

Bahkan, dalam sebulan ini, perkembangan penyakitnya tak mengarah ke titik positif. Penyebaran radang pembuluh darahnya sudah sampai pada bagian wajah. Hingga kesehariannya, dia selalu mencium anyir darah lewat hidungnya. Padahal sebelumnya baru sampai batas lutut ke bawah. Mungkin karena aktifitas yang tinggi, sehingga kelelahan tak dapat dihindari.

Mawar sudah tahu semua. Bahkan dia sudah membawa penyakitnya ini sejak lama. Sejak dia duduk di bangku sekolah dasar dulunya. Namun Mawar tak pernah mau kalah. Dia terus berjuang untuk melawan penyakitnya. Hingga teman teman, kami bapak ibu gurunya di sekolah tak ada yang tahu. Itu kemauannya. Sebab dia tak ingin hidup dalam genangan rasa iba.

Mawar tak mau menyerah dengan keadaannya. Dia tetap ingin pergi ke sekolah layaknya pelajar seusianya. Dia tetap ingin belajar bersama teman teman sekelasnya. Dia tetap ingin menikmati masa sekolahnya. Tergambar ketegaran dari raut wajahnya. Tak ada sinar kesedihan di sana. Meskipun kami tahu, ada perasaan rapuh dari balik bening bola matanya.

Kini kebijakan sekolah harus dikeluarkan. Toleransi atas apa yang terjadi. Menjaga kondisi dan situasi agar tak membebaninya. Mengatur strategi agar belajar berjalan relaks dan menenangkan baginya. Sebab resiko yang dihadapi sangat besar sekali. Pecahnya pembuluh darah membawa akibat fatal bagi nyawanya.

Tetap berjuang, Nak. Selalu semangat. Tak ada yang tahu rahasia Tuhan untuk kita. Kehidupan adalah awal dari datangnya kematian. Perjumpaan adalah awal dari hadirnya perpisahan. Kita adalah sebagian aktor dari kisah misteri yang Tuhan ciptakan. Jadi berserah dirilah padaNya. Sebab hanya Dia lah yang maha tahu apa yang terbaik bagi kita.

Tetaplah jadi anak yang ceria. Tetaplah jadi anak yang tegar. Buatlah yang terbaik bagi hidup kita. Sebab kematian masih sebuah rahasia. Bisa saja ada yang lain dari kita yang akan mendahuluimu, Nak. Tanpa sebab apa apa. Tanpa ada berita dan ada tanda tanda. Tanpa harus bersakit sakit dahulu di awalnya. Jadi, pasrahkan lah semuanya padaNya. Doa kami selalu mengalir untuk kesembuhanmu, Nak.


Benuo Taka, 2 Februari 2020.


Mawar (Nama samaran) merupakan siswa kelas 9 SMP yang berjuang melawan kelainan pembuluh darah akut yang dideritanya. Dalam ketidaksempurnaannya, dia masih bisa berdiri dengan kuat dan menyembunyikan kegelisahannya selama ini. Semoga Mawar bisa pulih kembali.


Met ULTAH Mba Widz Stoops. Semoga sehat dan selalu dalam lindungan Tuhan YME. Mau dong traktirannya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun