Mohon tunggu...
EcyEcy
EcyEcy Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Sejatinya belajar itu sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Burung Unta yang Baik Budi

26 Januari 2020   17:39 Diperbarui: 26 Januari 2020   17:51 915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada suatu hari di padang rumput yang hijau, ada anak kucing mengeong di dekat dua butir telur. Telur itu sangat besar sekali, lebih besar dari telur ayam dan itik. Bahkan tinggi telur itu hampir menyamai anak kucing tadi.

Anak kucing itu terus saja mengeong. Tak pernah mau diam. Karena suaranya yang nyaring, akhirnya beberapa kadal yang mau mengambil telur itu pergi menjauh. Tetapi seekor burung unta terkejut sekali karena di dekat sarangnya ada anak kucing. Ia merasa telur telurnya dalam bahaya.

"Hei... jangan ganggu sarangku!" Burung unta berteriak marah.

Anak kucing pun terkejut dan langsung berhenti mengeong. Ia semakin ketakutan melihat hewan mirip burung dengan kaki dan leher yang panjang berdiri dihadapannya. Anak kucing sampai harus mengangkat kepalanya tinggi tinggi agar dapat melihat hewan itu.

Melihat anak kucing ketakutan, burung unta merasa bahwa anak kucing itu bukanlah ancaman yang membahayakan telur telurnya. Dilihatnya muka anak kucing itu basah oleh air mata. Rupanya anak kucing tadi sedang menangis. Hewan itu lalu menundukkan kepalanya mendekati anak kucing.

"Mengapa kamu menangis?"

"A_aku tersesat." Anak kucing menutup kedua matanya karena takut.

"Jangan takut. Aku akan membantumu."

"Kamu siapa?"

"Aku burung unta. Dan telur telur itu adalah adik adikku yang sebentar lagi menetas."

"Burung unta, maukah kamu menolong aku? Aku ingin pulang kembali ke sarangku."

"Tenanglah. Aku akan menolongmu!"

"Tapi bagaimana caranya? Aku sudah ke sana ke mari berjalan mencari rumahku. Tapi semua terlihat sama. Hingga akhirnya aku tersesat di sini."

"Iya, ya. Tunggu, biar aku berpikir dulu."

Anak kucing dan burung unta pun berpikir keras. Mereka jalan ke sana ke mari seperti orang kebingungan. Tiba tiba....

"Yaaa, aku ada ide!" Teriak burung unta kegirangan.

"Apa?"

"Kamu naik saja ke atas leherku yang panjang. Jadi kamu bisa memandang ke segala penjuru padang rumput ini. Sehingga kamu lebih mudah mencari dimana letak rumahmu berada."

"Baiklah."

Burung unta merebahkan dirinya agar anak kucing dapat naik ke badannya yang tinggi. Anak kucing pun melompat ke atas punggung burung unta. Lalu ia memanjat di lehernya yang panjang.

"Pegangan yang kuat ya." Burung unta mengingatkan anak kucing.

Lalu burung onta berjalan perlahan agar anak kucing tidak terjatuh dari lehernya.
Beberapa saat kemudian....

"Itu rumahku!" Teriak anak kucing sambil tangannya menunjuk sebuah goa kecil di dekat gundukan tanah.

Burung unta pun berjalan sesuai petunjuk. Sedangkan anak kucing sebagai pemandunya. Ia membawa anak kucing ke arah yang ditunjukkan. Akhirnya anak kucing dapat kembali ke rumah dan bertemu keluarganya.

"Terimakasih, Burung unta. Kamu sudah berbaik hati mengantarkanku pulang ke rumah."

"Terimakasih juga kamu sudah menjaga telur telur di sarangku. Karena suara mengeongmu tadi, beberapa kadal tak jadi mendekati sarangku."

Sejak saat itu, burung unta dan kucing bersahabat. Mereka saling mengunjungi satu dengan yang lainnya setiap akhir pekan. Bermain dan belajar bersama dengan bahagia.

Benuo Taka, 26 Januari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun