Mohon tunggu...
EcyEcy
EcyEcy Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Sejatinya belajar itu sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Misteri Malam Jumat (19)

17 Januari 2020   16:31 Diperbarui: 17 Januari 2020   16:44 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketangkap Basah

Rumah kayu tak berpenghuni itu kotor sekali. Tanah dan sampah dedaunan berserakan di lantai. Patahan kayu teronggok di sudut sudut ruang. Namun mengapa sarang laba labanya banyak yang rusak? Sedangkan daun jendela dan pintu tak berdebu selayaknya papan yang baru saja dibersihkan. Apakah rumah ini pernah didatangi seseorang? Tapi kapan?

"Aku bingung, Bud. Kalau rumah lama tak berpenghuni, biasanya banyak sarang laba labanya. Tapi di dalam sini nggak ada sama sekali. Bagian atas terlihat seperti baru saja dibersihkan."

"Rumah ini pasti pernah didatangi seseorang. Aku rasa, pengelihatan kita waktu malam Jumat dulu itu nyata. Mereka manusia. Bukan hantu."

"Sepertinya kita harus ke sini lagi malam Jumat nanti, Bud."

"Apa!?!?" Budi terkejut dengan ajakan Rudi.

"Kamu takut?"

"Nggak. Aku hanya_"

"Hanya nggak mau bala kemarin datang lagi?"

"Nggak. Bukan itu maksudku."

Rudi tampaknya melihat kecemasanku. Mengapa aku jadi ragu begini? Bukankah aku begitu getol meyakinkan Wati bahwa tak ada makhluk penghuni hutan yang marah lalu mendatangkan bala hanya karena kita melanggar pantangan masuk hutan malam Jumat.

"Pasti Karena Wati kamu jadi mulai menyakini mitos itu."

"Nggak!"

"Kalau begitu malam Jumat nanti kita kesini. Oke?"

"Baiklah."

*****

Kamis sore kami sudah mulai siap untuk melaksanakan rencana ke hutan. Aku tak mau Guntur tahu rencana itu. Aku pun mulai membuat alasan sederhana yang dapat diterimanya agar kami bisa keluar semalaman dari base camp ini tanpa banyak pertanyaan kepo darinya.

"Aku dan Rudi malam ini mau nginap di rumah pak RT. Kami mau menindak lanjuti hasil inventaris tegakan hutan yang kemarin kami data, Gun."

"Dipersilahkan!" Guntur mengiyakan dengan mudahnya tanpa menoleh dan memandangi kami. Rupanya Guntur lagi asik dengan bacaannya.

Selamatlah kami pada rintangan tahap pertama. Kini langkah pasti kami sudah terencana. Ayunan silih berganti yang tegas antara kaki kanan dan kiri semantap keyakinan kami bahwa di rumah tua itu ada aktivitas rahasia yang mungkin saja terjadi. Dan kami mau membuktikannya.

*****

Langkah kaki semakin kami perlambat untuk mengurangi gesekan sepatu dengan serasah dan ranting ranting di tanah. Kami tak ingin kehidupan malam tiba tiba berubah seram karena terganggu dengan suara suara usik. Hingga akhirnya kami pun sampai tak jauh dari rumah tua itu.

"Sttt... rumah itu kok terang?"

"Aneh. Padahal nggak ada penghuninya." Aku mempercepat langkahku sebab penasaran.

Lagi lagi kami mengendap endap diantara semak belukar. Malam itu, aku begitu berani. Tak kupikirkan lagi hewan melata apalagi makhluk makhluk jelata. Sebab ada rasa ingin tahu yang begitu besar tentang misteri rumah tua itu yang mengganggu pikiranku. Itu yang mau kuobati satu persatu.

"Eh... ada orangnya!" Rudi menunjuk bayangan hitam dari balik tirai jendela yang temaram oleh lentera dan obor buatan.

"Stttt... Jangan ngegas. Entar ketahuan." Aku memberi kode keras pada Rudi untuk mengecilkan suaranya.

"Ngapain mereka itu, ya?"

"Mencurigakan ini." Aku fokus mengamati gerak gerik mereka.

Tiba tiba....

"Ngapain kalian malam Jumat di sini?"

Suara berat itu mengejutkanku disertai tepukan ringan di pundak. Aku tersentak hingga tubuhku terjatuh ke tanah lembab. Begitu pula Rudi. Siapa yang menegur kami?


Bersambung


Salam hangat salam literasi😊🙏
Love and peace😁✌️
EcyEcy; Benuo Taka, 16 Januari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun