Mohon tunggu...
EcyEcy
EcyEcy Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Sejatinya belajar itu sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Langit Menangis di Awal Tahun

1 Januari 2020   22:13 Diperbarui: 1 Januari 2020   22:18 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Langit menangis di awal tahun. Sepertinya bersedih setelah pesta meriah yang terlewati. Mungkin telinganya sakit sebab suara dentuman di langit malam silih berganti. Atau tubuhnya terbakar sebab percikan api warna warni. Rupanya langit luka dan terbelah. Hingga tumpahlah air matanya.

Langit tak pernah menyalahkan pergantian tahun. Ia pun tak pernah meninggalkan kemeriahan perayaannya. Meski ia tahu setiap gegap gempita menaburkan perih di tubuhnya. Kau tahu mengapa? Sebab ia sadar kehendakNya lah yang membuat semua berjalan. Dan ia hanyalah pendosa yang membiarkan itu semua.

Namun mengapa kita tak pernah sadar? Seandainya pergantian tahun adalah waktu terakhir di dunia, apakah perlu ikut tertawa dalam kemeriahan pesta? Bukankah bertafakur dan bersyukur lebih utama. Hingga titik hujan menjadi berkah di hati setiap manusia. Dan genangannya memberikan kita jeda tuk mengingat kesalahan yang ada.


Salam hangat salam literasi😊🙏
Love and peace😁✌️
EcyEcy; Benuo Taka, 1 Januari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun