Langit menangis di awal tahun. Sepertinya bersedih setelah pesta meriah yang terlewati. Mungkin telinganya sakit sebab suara dentuman di langit malam silih berganti. Atau tubuhnya terbakar sebab percikan api warna warni. Rupanya langit luka dan terbelah. Hingga tumpahlah air matanya.
Langit tak pernah menyalahkan pergantian tahun. Ia pun tak pernah meninggalkan kemeriahan perayaannya. Meski ia tahu setiap gegap gempita menaburkan perih di tubuhnya. Kau tahu mengapa? Sebab ia sadar kehendakNya lah yang membuat semua berjalan. Dan ia hanyalah pendosa yang membiarkan itu semua.
Namun mengapa kita tak pernah sadar? Seandainya pergantian tahun adalah waktu terakhir di dunia, apakah perlu ikut tertawa dalam kemeriahan pesta? Bukankah bertafakur dan bersyukur lebih utama. Hingga titik hujan menjadi berkah di hati setiap manusia. Dan genangannya memberikan kita jeda tuk mengingat kesalahan yang ada.
Salam hangat salam literasi😊🙏
Love and peace😁✌️
EcyEcy; Benuo Taka, 1 Januari 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H