Melihat benda-benda tersebut mata mereka langsung cerah. Semangat mereka berkobar kembali. Sepertinya mereka sudah melupakan rasa kantuknya.
"Kita mau ngapain, Bu?"
"Belajar sambil bermain."
"Asik."
Satu kata itulah yang selalu membuat saya semangat mengajar. Asik, ya, fisika itu asik. A, amati. S, selidiki. I, inspiratif. K, konsep nempel.
Sebagai motivasi buat mereka semua, saya minta mereka membuat potongan kertas kecil-kecil di atas meja masing-masing. Setelah itu saya minta mereka untuk memegang pulpen yang terbuat dari plastik di tangan masing-masing.Â
Lalu menggosokkannya di atas meja kayu di lab IPA dengan searah selama dua menit. Setelah dua menit, saya minta mereka untuk mendekatkan ujung pulpen plastik yang sudah digosok tadi pada potongan kertas. Setelah itu mulailah keributan terjadi.
"Nempel, Bu." Seorang siswa mengangkat pulpen di tangannya tinggi-tinggi.
"Iya, nempel... nempel. Kenapa ya?" Itulah rata rata yang mereka ucapkan.
Di sinilah saya memberikan kesempatan pada mereka untuk mencari tahu mengapa hal itu terjadi. Dan buku sebagai senjata ilmu wajib dibuka dan dibaca untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang peristiwa itu.Â
Bagi anak yang memiliki rasa ingin tahu yang besar, tentu literasi ini akan mereka lakukan sebagai langkah untuk mencari tahu. Sebab ilmu bukan hanya dari guru. Tetapi keanekaragaman kemampuan siswa membuat saya harus menyediakan waktu untuk membahas sedikit tentang hal itu. Karena tak semua anak memiliki minat yang sama dengan buku.