Lima tahun sudah Romi dan Rina berumah tangga. Tak ada hal hal yang bisa dijadikan bahan bakar gosip buat para tetangga. Semua baik baik saja. Meskipun ada beberapa keributan kecil, namun semua bisa mereka selesaikan dengan sangat indah. Perselisihan ringan yang terjadi mereka jadikan bumbu bumbu kenikmatan kisah cinta berdua. Hingga para tetangga kehilangan bahan untuk memviralkan gosip gosip cinta mereka. Yang ada hanya ngiler memandangi keharmonisan mereka berdua.
Para emak rempong jadi merasa iri dengan kemesraan Rina. Dan bapak bapak di desa pun merasa tersindir dengan kesetiaan Romi yang luar biasa. Sebab, setelah lima tahun berumah tangga, belum pernah ada terlihat anak kecil menghiasi kehidupan mereka. Bahkan tanda tanda kehamilan Rina pun belum pernah terlihat sampai di ujung desa. Tak ada mual mual di pagi hari, tak ada perut yang semakin membuncit bahkan tak ada keributan bagi bapak siaga sewaktu istri akan melahirkan. Semua aman terkendali.
Tapi akhir akhir ini sering terdengar suara orang mual mual dari balik dinding rumah tetangga. Terutama pagi hari saat mereka semua siap mau berangkat kerja. Rasa penasaran membuat emak emak rempong berkumpul dan bermusyawarah untuk mencari tahu apa gerangan penyebabnya. Sedangkan bapak bapak tetangga sibuk menyelidiki sumber suara yang sering mengusik keasikan mereka menikmati kopi manis di beranda rumah. Hingga keadaan ini sering membuat mereka terlambat berangkat kerja.
"Coba kamu intip tetangga sebelah rumahmu itu. Apa benar dia hamil? Secara... tiap pagi selalu kedengaran morning sicknya yang rada enek sampai suamiku nggak bisa ngabisin kopinya." Emak rempong pertama berbicara.
"Ah nggak mungkin Rina. Wong kalo suaminya pergi ngantor, dia selalu ngantar ke depan rumah dengan wajah ceria. Nggak kelihatan lesu dan sakit." Emak rempong kedua menganalisis wajah Rina tetangganya yang sedang masuk dalam daftar kecurigaan mereka.
"Atau... Kamu samperin aja. Korek korek cerita gitu. Siapa tahu dia hamil beneran." Emak rempong ketiga menimpali.
"Kurang kerjaan aja. Ngapain ngurusin orang. Wong dia punya suami kok. Nggak masalah lah kalau hamil. Kalau tetangga depan rumah hamil, baru jadi masalah." Emak rempong dua mulai menyusun kerangka gosip baru. Jadi, lupakan kemesraan Romi dan Rina yang buat iri warga. Karena mereka bukanlah tersangka utama. Secara... yang paling sering mesra dengan lelaki gendut dengan tongkrongan transportasi gonta ganti adalah janda muda. Jadi sang janda lah yang jadi tersangka selanjutnya.
Begitulah, sampai seminggu suara orang muntah itu masih ada. Tapi tak ada yang tahu dari manakah asal suara itu. Hingga bapak bapak tak ada yang tahan lagi. Kenikmatan kopi mereka lenyap ditelan suara itu. Kerajinan istri istri mereka mengantarkannya kerja mulai memudar. Tak ada lagi senyum manis atau pun cium hangat dari mereka. Karena istri istrinya punya kesibukan baru yaitu mendiskusikan asal sumber suara yang menjijikkan itu.
Sampai suatu hari, tetangga seberang rumah emak rempong dua, si janda muda keluar rumah dengan perut membesar. Tak ada yang tahu apa sebabnya. Tapi yang jelas permandangan itu membuat gempar seisi desa. Janda muda yang suka pulang dengan gonta ganti tumpangan itu ternyata hamil tanpa didampingi suami siaga. Akhirnya warga pun curiga. Semua kemungkinan yang ada menjadi bahan pembicaraan emak emak rempong di desa.
"Coba kita korek keterangan sama janda muda itu. Siapa bapak biologis dari anak yang ada di dalam rahimnya." Emak rempong satu mengajak kedua orang teman gosipnya.
Belum sempat mereka mendekati sang tersangka, janda muda itu sudah naik mobil mewah yang menjemputnya tepat di depan pagar rumah. Lelaki yang menjemputnya pun berubah penampilannya. Makin hari makin terlihat langsing saja. Bahkan sekarang kelangsingan hingga terlihat lebih keriput dan menua. Emak emak rempong dihadiahi rasa penasaran yang semakin membabi buta. Hingga keesokan paginya, suasana damai pecah karena teriakan dan makian seorang wanita paruh baya yang tak dikenal warga.
Tanpa dikomando, emak emak rempong langsung berkumpul di dekat wanita itu. Berdasarkan kalimat yang dimuntahkan dari mulutnya, emak emak rempong dapat menyimpulkan wanita itu sedang marah besar. Dari hasil wawancara dengan wanita tadi diketahui bahwa suaminya ada affair dengan janda muda penghuni rumah mewah itu. Dan kabar yang berhembus kencang ke telinga wanita itu, sang janda sedang mengandung anak dari suaminya.
"Eh... ngapain sich ribut di depan rumahku." Janda muda itu keluar rumah karena tak tahan dengan keributan yang dibuat wanita paruh baya tadi.
"Oh... ini toh pelakor dalam rumah tanggaku. Bisanya numpang hidup dan melorotin harta kami saja. Sampai suamiku kurus kering dan makin tua. Punya perasaan nggak sich?" Wanita tadi langsung marah marah melihat saingannya keluar kandang.
"Duh... Ibu, ngaca dulu dong. Jelas aja suami sampean berpaling. Wong muka sama suara mirip harimau yang lagi mengaum lapar. Siapa yang mau mendekat? Tak ada lah." Janda muda tadi mengibaskan tangannya di depan wajah wanita separuh baya.
Amarah wanita itu semakin menjadi. Lawan tandingnya rupanya tak tahu diri. Dan suasana pun semakin panas oleh suara para emak rempong yang ikut ambil bagian. Jadilah suasana semakin kalut. Bahkan mulai mengarah pada Jambak jambakan dan baku hantam. Yang kasian itu adalah si jabang bayi. Semoga saja jabang bayi di perut janda tabah dan sabar menghadapi.
Keributan semakin meluas hingga tetangga yang lain ikut nimbrung di depan rumah mewah itu sambil membentuk lingkaran. Sebagian orang menjadi pemandu sorak dan beberapa orang berusaha melerai perkelahian kelas berat itu. Termasuk Romi dan Rina yang sudah bebas dari intaian gosip emak emak rempong, mereka berdua sibuk memisahkan dua wanita yang mencintai satu pria tadi.
"Pak, Bu, tenang semua. Jangan memperparah keadaan dengan berperan sebagai provokator. Seharusnya bapak ibu semua melerai mereka." Romi meminta kedewasaan para tetangga dalam menyikapi perkelahian dua wanita tadi.
"Bu, Mba, tenang dulu. Ayo dibicarakan dengan kepala dingin biar masalahnya cepat tuntas." Rina mencoba menenangkan dua wanita yang sedang murka.
Sedangkan para pemandu sorak, emak emak rempong sudah membentuk barisan sambil meneriakkan yel yel yang bikin pusing kepala.
"Benalu cinta... benalu cinta..., datang minta uang pulang bawa kenangan. Huh... mengganggu. Tenggelamkan saja!"
Dan yang sudah baca kisah ini pasti hanya bisa nyengir kuda. Sekedar informasi bahwa kisah ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan ceritanya berarti semua terjadi atas kehendak Tuhan YME. Karena hanya Tuhan yang bisa mengatur semuanya.
Salam hangat salam literasi😊🙏
Love and peace😁✌️
EcyEcy; Benuo Taka, 18 September 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H