Mohon tunggu...
EcyEcy
EcyEcy Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Sejatinya belajar itu sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Yuk, Belajar Hidup

26 Agustus 2019   16:00 Diperbarui: 26 Agustus 2019   18:48 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Menimbang dan mengukur kemampuan diri dengan tepat akan membuat kita tak terjebak dalam kesulitan dan kebodohan.

Kata orang belajar itu dengan mendengarkan penjelasan guru atau baca buku. Jadi kalau kita tak melakukan kedua hal itu, kita bisa dikatakan belum belajar. Itu sich kata orang zaman dulu. Karena sekarang belajar itu bukan hanya dari buku dan guru. Lingkungan dan komponen yang ada di dalamnya dapat menjadi sumber belajar yang luar biasa jika kita mau mengamatinya.

Coba kita pikirkan. Dari mana asalnya telur? Apakah telur jatuh dari langit? Ataukah telur tercipta dengan sendirinya? Atau ada makhluk hidup yang menghasilkannya? Semua pasti tahu dong jawabannya.

Cobalah amati ayam! Ayam merupakan binatang yang berkembang biak dengan bertelur (ovipar). Ayam dulu, baru ada telur. Artinya telur dihasilkan oleh ayam. Apakah anak ayam bisa menghasilkan telur? Sekali lagi coba kita amati. Tak ada anak ayam yang bertelur. Artinya hanya ayam dewasa yang menghasilkan telur. Telur yang dierami kelak akan menetas dan muncullah anak ayam yang akan tumbuh dan berkembang menjadi ayam dewasa dan menghasilkan telur kembali. Begitu seterusnya.

Loh kok kamu tahu? Tahu dari mana? Kita bisa tahu semua ini karena kita belajar. Kita sudah mengamati bahwa ayam dewasa akan bertelur, telur menetas menghasilkan anak ayam, anak ayam akan tumbuh menjadi ayam dewasa dan akhirnya akan menghasilkan telur kembali. Begitu seterusnya seperti sebuah siklus kehidupan yang akan terus terjadi. Jadi secara tidak sadar otak kita sudah terstimulasi untuk berpikir. Dengan demikian mengamati juga bisa dikatakan belajar, bukan?


Belajar juga tidak melulu tentang ilmu pengetahuan atau angka angka saja. Belajar itu luas, tak terbatas. Salah satunya belajar tentang hidup.

Kata orang, pengalaman adalah guru yang paling berharga. Kita bisa belajar dari pengalaman untuk dapat lebih baik lagi kedepannya. Baik itu pengalaman diri sendiri atau pun orang lain. Agar, jika kita pernah terjatuh di lubang, minimal kita tak akan terjatuh berkali kali di lubang yang sama. Syukur syukur kalau tak pernah jatuh lagi. Karena itu amatilah sekitarmu. Jangan berlagak sombong dengan tak peduli sekitar. Karena dari sekitar, kita bisa mendapatkan pelajaran yang berharga sebelum masalah yang sama menimpa kita.

Dengan belajar, maka kita bisa mengenali diri kita sendiri. Kita mampu menimbang dan  mengukur kemampuan diri kita. Tak mungkin kita mau melakukan sesuatu yang tak akan bisa manusia lakukan, bukan? Semua orang pasti berpikir. Kalau pun ada yang mau, saya acungkan 4 jempol untuknya. Karena orang orang demikian pastilah orang yang mau terjebak dalam kesulitan dan masalah. Saya salut!

Tapi bukan berarti jalan dengan hati hati akan bebas rintangan. Masalah akan selalu diberikan oleh Tuhan untuk menguji kita. Seberapa besar komitmen dan usaha kita terhadap apa yang kita inginkan. Karena itulah perlunya sabar dan usaha di dalamnya agar kita tak terjebak dalam kebodohan dan kesulitan. Usaha teman, usaha! Jangan berdiam diri. Karena sekarang tak ada lagi makan siang gratis. Masuk toilet aja bayar meskipun pakai recehan. 

Jadi, yuk belajar. Karena sejatinya belajar itu sepanjang hidup.


Belajar untuk mengukur kemampuan diri agar kita tak terjebak pada masalah yang bertubi tubi. Dan ingatlah, tak bijak membusungkan dada berlagak sombong atas suatu keberhasilan hanya karena kita bisa keluar dari masalah. Karena bisa jadi, ada yang lebih baik lagi dari kita.


Belajarlah untuk komitmen terhadap apa yang kita impikan. Karena dengan usaha yang terbaik, suatu saat impian akan tercapai. Ingatlah pepatah lama yang mengatakan "Tak ada hasil yang membohongi usaha". Usaha maksimal, hasil pasti memuaskan.

Bersabarlah atas masalah yang menimpa. Dengan sabar, kita mampu berpikir bijak saat terjatuh. Kebangkitan kita dari keterpurukan itulah yang merupakan pondasi terkuat sebagai solusi tuk keluar dari masalah. Dan doa adalah bumbunya.

Yuk belajar hidup karena kesempatan itu tak pernah datang untuk sesering kalinya. Kita hanya dibekali satu nyawa yang berguna. Jadi, manfaatkanlah untuk kebaikan di dunia. Dan maaf, nyawa tak dijual terpisah. Jadi kalau nyawa lepas dari raga, maka habislah kesempatan yang ada.


Salam hangat salam literasi😊🙏
Love and peace😁✌️
EcyEcy; Benuo Taka, 26 Agustus 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun