Mohon tunggu...
EcyEcy
EcyEcy Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Sejatinya belajar itu sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Abu Pergi ke Pulau Impian

16 Juni 2019   05:06 Diperbarui: 16 Juni 2019   05:10 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Abu tinggal di desa yang dikelilingi oleh perairan. Di sekitarnya ada beberapa pulau kecil tak berpenduduk yang tampak gelap di malam hari. Kecuali satu pulau yang letaknya agak berjauhan dengan desa Abu. Pulau itu tampak terang benderang di malam hari. Cahayanya bak bintang di langit yang tampak berhamburan di atas perairan di sekitarnya. Sehingga suasana malam di pulau itu tampak indah sekali. Dan keluarga Abu tak pernah bosan memandanginya.

Sejak kecil hingga usia remaja, Abu dan keluarganya hanya bisa menikmati keindahan pulau dari jauh. Kalau di rumahnya hanya mengandalkan lentera yang terbuat dari bambu dengan isi minyak yang dibuat bapaknya dari biji jarak. Sedangkan untuk kebutuhan hidup, semua ditanam dan diambil dari alam. Sehingga keluarga Abu cukup nyaman tinggal di pulau tersebut tanpa harus pergi ke pulau lain untuk mencari dan membeli sesuatu.

Namun Abu bukanlah anak yang bisa dengan mudah menyimpan rasa ingin tahunya tentang cahaya malam di pulau seberang seperti kedua orang tuanya selama ini. Abu berpikiran, tak mungkin lentera bambu mampu menghasilkan cahaya terang dan berwarna warni seperti itu. Lentera hanya menghasilkan cahaya yang sama warnanya. Dan itu cukup membuat Abu bosan jika terus memandanginya.

Abu pun memiliki impian untuk sampai di pulau itu. Keinginannya yang kuat membuat Abu gelisah dan tak sabar untuk mengutarakan maksud hatinya itu pada kedua orang tuanya. Pada malam purnama, Abu dan keluarganya duduk di depan beranda pondoknya. Abu mengutarakan niatnya untuk pergi ke pulau seberang pada kedua orang tuanya. Dia ingin melihat cahaya lampu warna warni itu dari dekat. Dia ingin berkenalan dengan orang di sana. Dia ingin berteman dan menikmati malam yang indah dari tempat asalnya. Bukan dari kejauhan. Orang tuanya tak melarang. Abu pun senang.

Namun ada satu hal yang membuat Abu bingung. Bagaimana caranya agar dia bisa sampai di pulau itu dengan selamat. Karena perairan di sekitar pulaunya bukanlah perairan yang bersahabat. Ombak menggulung kuat, gelombangnya besar dan angin kencang cukup membuat tubuh Abu kelelahan jika harus berenang ke sana.


"Bagaimana Abu dapat sampai ke sana dengan selamat, Pak?"

"Pakai kapal"

"Kapalnya terbuat dari apa?"

"Kayu."

"Dimana Abu bisa dapatkan kayu yang banyak?"

"Kalau kamu mau dapat kayu yang banyak untuk buat kapal, maka tanamlah pohon lebih dulu."

"Apakah kayu di hutan itu tak cukup, Pak?"

"Cukup saja. Tapi Bapak tak mau alam yang sudah memberi kita kehidupan itu rusak hanya karena keinginan kamu tadi."

"Baiklah, mulai besok Abu akan menanam pohon yang banyak. Biar Abu mendapatkan banyak kayu untuk membuat kapal."

Karena impiannya yang kuat, Abu pun melaksanakan apa yang disampaikan Bapaknya. Dengan penuh semangat, Abu menanam, merawat pohon-pohon itu hingga akhirnya pohon tersebut dapat diambil kayunya. Abu membelah batang-batang kayu hingga menjadi papan dan merangkainya menjadi sebuah kapal yang cukup besar untuk Abu pergi ke pulau seberang dengan selamat. Tak terhitung waktu yang dia habiskan untuk mencapai semua itu. Namun karena impiannya pergi ke pulau seberang, Abu pun melakukan semua itu tanpa paksaan.

Akhirnya kapal Abu berlayar mengarungi perairan ganas di sekitar pulau impian. Abu tak pernah gentar meski kapalnya tersapu badai dan dihantam ombak besar. Hanya satu yang dia inginkan agar sampai di pulau impian dengan selamat. Karena ada impian besar yang selama ini dia genggam. Abu ingin melihat cahaya indah malam hari di pulau impian itu.

Dengan perjuangan yang keras tanpa kenal lelah, akhirnya Abu sampai juga di pulau impian tersebut. Pulau yang indah dengan pondok-pondok mewah yang jauh berbeda dengan pondoknya. Dimana disetiap pondok dihiasi bola warna warni yang di dalamnya terdapat lentera kecil yang menyala sehingga tampak cahaya warna warni dari sana. Melihat itu semua, Abu merasa puas. Karena impiannya sudah terkabul. Rasa ingin tahunya terbayarkan.

Karena rasa senang, Abu pun berdendang sambil menari mengitari lampu warna warni hingga suasana sekitarnya ikut berbahagia. Orang-orang ikut bernyanyi dan bertepuk tangan melihat tingkah Abu. Sedangkan dari pondok orang tua Abu terlihat cahaya yang semakin indah berkilauan yang memancarkan energi positif penanda bagi mereka bahwa anaknya telah sampai dengan selamat di sana.

T A M A T

Tak ada makan siang gratis. Semua perlu usaha keras dan perjuangan untuk mencapai cita-cita. Tak ada yang instant. Semua melalui proses yang kadang bisa membuat orang mundur dan menyerah sebelum sampai tujuan. Karena itulah, impian kuat Abu menjadi pelajaran bagi kita semua untuk mau berjuang menuju kesuksesan. Untuk mau berjuang dengan apa yang kita impikan. Jika tidak, jangan berharap lebih. Karena semuanya akan jadi mimpi semata.

Salam hangat salam literasi

Love and peace

EcyEcy; Benuo Taka, 16 Juni 2019.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun