Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika "Zoning Out" Datang Mengganggu, Bagaimana Cara Mengatasinya?

31 Oktober 2024   15:38 Diperbarui: 31 Oktober 2024   17:01 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Zoning out adalah keadaan pikiran mengembara ke mana-mana ketika sedang membaca. Keadaan seperti ini dialami banyak orang. Saya pun mengalaminya. Ketika sedang membaca, tiba-tiba pikiran keluar dari fokus sehingga tidak lagi bisa memahami apa yang sedang dibaca. Tangan yang aktif membuka halaman berikutnya, tetapi tidak tahu apa yang baru saja dibaca.

Berdasarkan pengalaman, untuk mencegah atau mengatasi hal seperti digambarkan di atas, biasanya saya melakukan hal-hal sebagai berikut:

Pertama, membatasi membaca. 

Kalau membaca terlalu banyak, kemungkinan besar kita tidak bisa menjaga kemampuan untuk fokus ke materi bacaan. Semakin lama membaca, semakin besar kemungkinan terlepas dari fokus.

Oleh karena itu, untuk menyiasatinya saya biasanya membatasi jumlah halaman yang dibaca. Misalnya membaca satu bab atau beberapa halaman saja. Misalnya, 5 halaman dalam sekali baca. Ingatlah, bahwa kemampuan manusia untuk fokus terbatas sehingga memerlukan jeda.

Kalau diukur sisi waktu, lama waktu membaca cukup 30 menit, kemudian jeda sejenak. Setelah itu silakan membaca kembali atau mengerjakan pekerjaan lain. Intinya, hindari memaksakan diri membaca karena tidak akan ada gunanya.

Kedua, membaca aktif. 

Sembari membaca, saya tak hanya membaca tanpa suara. Pada bagian-bagian yang penting, terkadang saya menyuarakan apa yang saya baca. Dengan begitu, saya bisa terbantu lebih fokus ke materi bacaan.

Selain itu, saya juga aktif menggarisbawahi bagian-bagian yang saya pandang penting. Dengan memberi garis bawah, saya akan lebih mudah menemukan bagian tersebut apabila nanti diperlukan.

Di samping itu, saya juga menulis catatan kecil di kiri atau di kanan margin bahan bacaan dengan pensil. Maksudnya tiada lain adalah untuk memudahkan menemukan bagian yang penting.  

Ketiga, hindari distraksi. 

Gangguan terhadap proses membaca berasal dari berbagai penyebab. Bisa dari media sosial, bisa pula karena ada orang lain yang datang dan memecah konsentrasi.

Distraksi ini sebaiknya dihindari. Kalau tidak mungkin, ya, berhenti dulu membaca sampai gangguan membaca benar-benar tidak ada lagi.

Kalau memaksakan diri menyerap bacaan, sementara masih ada gangguan, maka kita tidak akan bisa konsentrasi terhadap bahan bacaan. Alhasil, tidak ada yang bisa diingat dari apa yang dibaca. Jadi, lepaskan distraksinya dulu, baru teruskan membaca.

Keempat, membaca dalam keadaan sehat dan segar. 

Kalau membaca dalam keadaan payah atau mengantuk, niscaya akan sangat sulit untuk beronsentrasi. Kalau kita kelelahan karena pekerjaan yang padat, akan sulit untuk fokus terhadap apa yang sedang dibaca.

Demikian pula jika mengantuk, akan sulit juga untuk menyerap pengetahuan dari bacaan. Saran terbaiknya adalah, istirahat atau tidurlah dulu. Nanti setelah istirahat barulah mulai membaca. Membaca membutuhkan kondisi yang sehat dan bugar.

Dari pengalaman, saya pernah berusaha tetap berkonsentrasi pada bahan bacaan saat rasa kantuk datang menyerang. Sebentar bisa konsentrasi, sebentar kemudian lepas, begitu seterusnya. Pada akhirnya saya menyerah dan pergi tidur.

Kelima, membaca bertujuan. 

Kita harus mengetahui untuk apa kita membaca atau apa tujuan kita membaca. Tujuan membaca pada umumnya adalah untuk menambah pengetahuan tentang materi yang dibaca. Nah, jika kita berangkat dari motivasi menambah pengetahuan, maka kita cenderung akan bersungguh-sungguh menyerap isi bacaan.

Demikian juga kalau kita membaca untuk menghadapi ujian, misalnya, biasanya kita akan termotivasi untuk menyerap sebaik mungkin apa yang kita baca. Dengan membaca secara fokus, kita akan mampu mengingat sebagian besar dari apa yang kita baca untuk berhasil dalam ujian.

Jadi, penting sekali untuk memastikan apa yang menjadi tujuan membaca. Dengan kepastian tujuan, kita terdorong untuk fokus terhadap isi bacaan. Harapannya, apa yang kita baca dapat terserap sebesar-besarnya.

Itulah beberapa hal yang biasanya penulis lakukan saat membaca untuk hasil yang lebih baik. Semoga bermanfaat.

(I Ketut Suweca, 31 November 2024).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun