Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi Sumpah Pemuda: Antara Kenyataan dan Harapan!

30 Oktober 2024   18:22 Diperbarui: 31 Oktober 2024   06:12 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
96 tahun Sumpah Pemuda (Sumber gambar: kompas.com). 

Hari Ulang Tahun ke-96 Sumpah Pemuda baru saja diperingati. Peringatan pada tahun 2024 dilakukan di berbagai daerah dan institusi. Tentu tidak sekadar peringatan, Sumpah Pemuda mesti juga dimaknai sebagai bagian dari amanat yang terus-menerus diusahakan implementasinya.

Artikel ini akan membahas tentang refleksi itu, berangkat dari isi teks Sumpah Pemuda. Setelah itu, barulah akan dilihat pesan yang disampaikan dalam setiap kalimat teks itu dan menghubungkannya dengan penerapan dan keadaan masa sekarang dan harapan masa datang.

Teks Sumpah Pemuda adalah demikian:

Pertama, Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Air Indonesia. 

Kedua, Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia. 

Ketiga, Kami Putra dan Putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.

Satu Tanah Air

Isi teks pertama menyangkut pengakuan satu tanah air yaitu tanah air  Indonesia. Ini menyangkut nasionalisme atau kecintaan kepada tanah tumpah darah. Kecintaan kepada tanah air tidak boleh dinomorduakan, tentu. Kecintaan kepada tumpah darah harus mewujud ke dalam sikap dan perilaku kita sebagai anak bangsa.

Kecintaan kepada tanah air bisa diekspresikan ke dalam berbagai bentuk perilaku. Misalnya, mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi atau golongan.

Misalnya lagi, menjadi pengelola negara yang berintegritas dengan menghindari perilaku korupsi, kolusi, dan nepotisme. Kalau ini dilakukan juga, pasti akan merugikan negara dan sangat berisiko. Integritas penyelenggara negara menjadi hal yang mutlak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun