Pertanyaan yang menjadi judul artikel ini sangat mendasar dan mungkin juga filosofis: dari mana sumber pengaruh dan kekuasaan seorang pemimpin? Pertanyaan ini akan membawa kita pada pemahaman mengapa seorang pemimpin berbeda-beda cara mereka memimpin dan mengapa pemimpin yang satu lebih keras atau lebih soft  daripada yang lain.
Sebelum membahas topik ini lebih jauh, mari kita sepakati dulu apa yang dimaksud dengan kekuasaan dan apa pula yang dimaksud dengan pengaruh dalam konteks kekuasaan. Setelah itu, barulah kita gali lebih jauh tentang sumber kekuasaan dan pengaruh itu. Mari kita mulai.
Makna kekuasaan dan pengaruh adalah kemampuan untuk memengaruhi orang lain, tetapi keduanya dilakukan dengan cara yang berbeda.
Kekuasaan adalah kemampuan untuk membuat orang lain bertindak berdasarkan wewenang jabatan atau kedudukan penguasa. Penguasa menggunakan kekuasaannya untuk meyakinkan bahkan memaksa orang lain agar melakukan tindakan tertentu.
Pengaruh dimaknai sebagai kemampuan untuk mengubah cara seseorang berpikir dan berperilaku  berdasarkan persuasi. Pengaruh biasanya tidak membuat orang lain merasa tertekan atau dipaksa untuk melakukan apa pun.
Sumber  Pengaruh dan Kekuasaan
Secara teoritis, kekuasaan dan pengaruh seorang pemimpin berasal dari salah satu atau kombinasi dari beberapa sumber berikut ini.
Pertama, Â legitimate power
Ini adalah kepemimpinan dan pengaruh yang didasarkan pada aspek formal. Misalnya, seseorang diangkat dalam jabatan tertentu sehingga ia berhak dan memiliki kewajiban sebagai pemimpin.
Biasanya, kekuasaan formal ini dilandasi dengan surat keputusan pemimpin di atasnya yang mengangkat yang bersangkutan sebagai pemimpin pada level tertentu. Pengangkatan inilah yang mengantarkannya memiliki legitimate power.
Kedua, reward power.
Reward power adalah dasar kekuasaan dan pengaruh yang dilandasi  pada reward yang akan diberikan kepada orang-orang yang dipimpin. Dengan janji akan memberikan imbalan (reward) dengan berbagai bentuknya, akhirnya yang bersangkutan dipilih menjadi pemimpin.
Contohnya dalam kepemimpinan politik, baik di lembaga legislatif seperti DPR dan DPRD maupun eksekutif seperti Bupati-Wakil Bupati, Gubernur-Wakil Gubernur, dan Presiden-Wakil Presiden yang diplih oleh rakyat.
Ketiga, coersive power.
Coersive power adalah kekuasaan atau pengaruh yang didasarkan pada paksaan atau ancaman. Karena ancaman dan paksaan, orang lain menuruti apa yang diperintahkan kepada mereka.
Orang-orang yang dipimpin harus tunduk dan patuh karena adanya aturan atau kebijakan yang memaksa. Yang dikedepankan adalah paksaan dan ancaman. Kekuasaan ini didasarkan pada rasa takut dan intimidasi untuk memengaruhi perilaku.
Keempat, referent power.
Ini  adalah kepemimpinan atau pengaruh yang didasari pada karakteristik pribadi pemimpin sehingga orang-orang yang dipimpinnya menjadi segan dan patuh.
Karena kepribadian tertentu yang disegani, seorang pemimpin memiliki pengaruh dan dipatuhi. Bung Karno dan Mahatma Gandhi adalah dua contoh pemimpin tipe referent power.
Kekuasaan dan pengaruh ini berasal dari rasa hormat dan kepercayaan yang dimiliki orang lain terhadap pemimpin. Mereka adalah para pemimpin kharismatik.
Kelima, expert power.
Expert power adalah basis kekuatan pengaruh pemimpin didasarkan pada keahliannya pada suatu bidang tertentu.
Biasanya hal ini terjadi dalam lingkungan organisasi profesional yang di dalamnya segala keputusan yang berkaitan dengan prosedur pelaksanaan pekerjaan selalu ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan profesional.
Nah, kalau pembaca seorang pemimpin pada level mana pun, yang mana di antara salah satu atau kombinasi yang disebut di atas menjadi sumber pengaruh dan kekuasaan Anda?
(I Ketut Suweca, 28 Oktober 2024).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H