Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Trio Peneliti, Kesenjangan Global, dan Hadiah Nobel

24 Oktober 2024   08:44 Diperbarui: 25 Oktober 2024   03:39 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penelitian mereka menyimpulkan, kualitas institusi dan tata kelola pemerintahan di suatu negara berbeda-beda karena efek kolonialisme, yang mayoritas dulu dilakukan negara-negara Eropa.

Menurut Acemoglu, fase kolonialisme membagi dua dunia ke dalam pola institusi tingkat kesejahteraan yang sangat berbeda.

Menurutnya, institusi ekstraktif lahir dari penjajah yang secara brutal mengeruk kekayaan daerah jajahannya demi memperkaya diri mereka yang tinggal di belahan bumi lain.

Institusi inklusif umumnya lahir dari penjajah yang memutuskan untuk tinggal di daerah jajahannya. Demi kepentingan mereka sendiri, mereka melahirkan institusi yang lebih inklusif dan demokratis, yang bertahan dan berkembang hingga setelah kolonialisme berakhir.

Acemoglu dan kawan-kawan menemukan, daerah terjajah yang dulunya sangat kaya cenderung jatuh miskin sesudah penjajahan berakhir, seperti India dan negara-negara di Asia Tenggara. Kekayaan mereka habis dikeruk penjajah dan sistem pemerintahan di negara tersebut adalah institusi yang korup dari penjajah.

Sebaliknya, daerah terjajah yang tidak begitu kaya cenderung lebih berkembang dan maju pasca berakhirnya penjajahan. Contohnya negara-negara di Amerika Latin, Australia, dan Selandia Baru

Dan salah satu solusi yang ditawarkan ketiga peneliti ini adalah pentingnya mengubah sistem institusi dari ekstraktif ke inklusif adalah perlawanan kolektif dari akar rumput.

Robinson mengatakan, perubahan bisa dimulai dari bawah. Dari orang-orang yang selama ini menderita di bawah institusi korup, kesenjangan, dan marjinalisasi. Institusi inklusif, kata Robinson, tidak diciptakan oleh niat baik para elite. Oleh karena itu, rakyatlah yang harus melawan dan memperjuangkan hak-hak mereka (Kompas, 16/10/2024).

Berburu Buku

Itulah sekilas tentang pemikiran ketiga peneliti tersebut yang saya petik dari Kompas dan sumber lainnya. Dan, saking penasaran, akhirnya saya berusaha menemukan buku yang mereka tulis sebagaimana disebutkan di atas.

Hasilnya? Saya temukan buku karya Daron Acemoglu dan James A. Robinso dimaksud dalam Bahasa Indonesia. Judulnya: Mengapa Negara Gagal: Awal Mula Kekuasaan, Kemakmuran, dan Kemiskinan. Sebuah buku yang berketebalan 582 halaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun