Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Catatan Pengalaman Pribadi: Selesai Makan, Lupa Bayar!

30 September 2024   19:31 Diperbarui: 1 Oktober 2024   10:47 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Artikel ini lahir setelah saya membaca tulisan di Kompas cetak, Minggu,  29 September 2024, halaman 6. Judulnya: Jangan Nakal, Ayo Bayar! Di situ diuraikan tentang akal nakal segelintir pembeli yang tidak membayar makanan yang dibelinya.

Berbagai cara dilakukan pembeli yang nakal, misalnya usai makan langsung menyelinap pergi tanpa sepengetahuan pemilik warung. Ada juga yang berbelanja bersamaan dalam group, mengambil 6 pcs tapi yang dibayar empat misalnya.

Beberapa pencegahan yang disampaikan dalam artikel tersebut antara lain dengan langsung membayar saat memesan makanan dan/atau dengan memasang cctv untuk memantau siapa yang telah berbuat nakal itu. Ada juga menugaskan karyawan untuk memantau pembeli.

Membaca artikel tersebut, penulis jadi teringat dengan kejadian beberapa bulan lalu di sebuah warung makan. Pelakunya bukan siapa-siapa melainkan penulis sendiri. Bagaimana ceritanya?

Singgah untuk Sarapan Pagi

Penulis sering bepergian dari Singaraja di Bali Utara ke Denpasar di Bali Selatan, dan sebaliknya. Dalam perjalanan, penulis dan teman yang diajak berkendara, acapkali singgah untuk makan. Maklum, kalau berangkat agak pagi, saya belum sempat sarapan di rumah. Akhirnya memilih sarapan di sebuah warung yang penulis lintasi.

Sebenarnya, penulis sudah sering makan di warung ini, sebut saja namanya Wr. Natural. Ya, di warung inilah penulis acapkali singgah untuk menikmati sarapan, baik pada saat bepergian sendiri maupun bersama-sama dengan teman-teman.

Bertemu Pak Wayan

Nah, pada suatu hari, usai makan di warung tersebut, tiba-tiba penulis bertemu seorang sahabat yang sudah lama tak bersua. Ia datang bersama istrinya.

Sebut saja namanya, Pak Wayan. Ia seorang anggota DPRD Kota di Bali. Kami pun asyik bercerita, terutama mengenang masa anak-anak kami berdua tengah greget-gregetnya mengikuti berbagai lomba bernyanyi.

Ia menceritakan anak lelakinya -- yang sering pendapat juara bernyanyi, sudah mulai bekerja setelah menamatkan pendidikannya di sebuah perguruan tinggi. Saya pun berkisah tentang hal yang sama. Kami sungguh asyik bercerita.

Lalu, saya minta ijin mendahului karena sudah selesai makan, sementara ia masih menunggu  makanan yang dipesannya. Saya lalu menuju kendaraan dan segera meluncur ke arah Denpasar. Saya menikmati perjalanan sepanjang sekitar 90 km dengan suasana hati tenang karena perut sudah terisi.

Baru Sadar, Lupa Membayar

Nah, setibanya di rumah Denpasar saya baru ngeh, ternyata saya belum membayar makanan yang saya santap di Wr. Natural. Waduh, saya merasa bersalah. Mengapa saya sampai tidak ingat membayar makanan yang sudah saya nikmati di warung itu?

Setelah berusaha mengingat-ingat kejadian itu, saya pun memastikan betapa saya menjadi lupa lantaran asyik ngobrol dengan Pak Wayan, seorang sahabat lama saya itu.

Usai ngonrol, rupanya saya tidak ke kasir, melainkan langsung ngeloyor pergi. Ibu pemilik warung makan mungkin mengetahui saya tidak membayar, mungkin pula tidak. Saya tak tahu pasti. Yang pasti, ia tidak menegur atau mengingatkan saya.

Keesokan harinya, ketika balik lagi ke Singaraja, saya pun sengaja singgah kembali ke warung tersebut pada sore hari kendati pun tidak untuk makan. Kebetulan warung tersebut belum tutup. Biasanya menjelang senja warung itu sudah tutup.

"Ibu, saya mohon maaf, kemarin saya lupa membayar makanan yang saya makan saking asyiknya saya ngobrol dengan teman lama. Sekarang saya bayar ya Bu?," kata saya sambil membuka dompet.

"Oh, nggak apa-apa Pak. Saya yakin Pak pasti kelupaan. Toh masih ada hari lain untuk singgah," sahutnya seraya tersenyum.

Saya pun meminta si ibu pemilik warung menghitung satu paket makanan yang saya beli kemarin. Lalu, saya membayar sesuai dengan nominal yang disebutkan. Jumlahnya tidak sampai Rp.30.000,-

Itulah pengalaman saya di warung makan. Semoga kejadian yang membuat saya merasa bersalah ini adalah pengalaman  pertama sekaligus yang terakhir kalinya.

Apakah pembaca pernah mengalami hal serupa?

(I Ketut Suweca, 30 September 2024).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun