Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Budaya Organisasi, Jiwa yang Menggerakkan Perusahaan!

20 September 2024   12:40 Diperbarui: 3 Oktober 2024   16:38 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama-tama, nilai-nilai yang tercantum sebagai budaya organisasi biasanya disosialisasikan kepada seluruh karyawan, tanpa kecuali.

Tidak cukup sekali-dua kali disosialisasikan, melainkan pada setiap ada kesempatan. Misalnya pada saat apel pagi di hari Senin, saat rapat, atau pada saat peringatan ulang tahun perusahaan atau hari-hari penting lainnya.

Maksudnya tiada lain adalah agar nilai-nilai itu selalu diingat dan diresapi secara mendalam oleh seluruh karyawan, mulai dari unsur pimpinan tertinggi hingga staf terbawah.

Seharusnya tidak boleh ada karyawan di dalam organisasi yang tidak tahu dan tak mengerti budaya organisasi tempatnya bekerja. Semestinya semua paham dan bersikap serta bertindak sesuai dengan budaya organisasi dan bergerak maju mencapai tujuan bersama.

Budaya yang Kuat atau Lemah?

Terdapat perbedaan yang berkaitan dengan kuat-lemahnya budaya organisasi di dalam perusahaan. Ada perusahaan yang memiliki budaya organisasi yang kuat, ada pula yang lemah. Hal ini sangat tergantung pada pemimpinnya dan kebiasaan yang sudah terbentuk dari waktu ke waktu.

Dalam perusahaan dengan budaya organisasi yang kuat, maka para karyawan pada umumnya akan merasa terpedomani, merasa nyaman dan tenang dalam bekerja, tertib, dan semua berorientasi pada tujuan organisasi.

Sebaliknya, dalam perusahaan yang budaya organisasinya lemah, maka karyawan cenderung merasa gamang dalam bekerja. Mereka bekerja hanya untuk mendapatkan gaji.

Mereka bekerja tanpa memiliki nilai-nilai budaya perusahaan yang bisa dijadikan pedoman dalam bekerja. Jiwanya hampa. Alhasil, mereka tidak menemukan alasan mengapa mereka bekerja kecuali untuk mendapatkan gaji. Tidak ada loyalitas dan dedikasi kepada organisasi dalam budaya yang lemah.

Para karyawan mau bekerja karena ada perintah dari pimpinan atau atasan mereka. Mereka takut kepada atasan atau pimpinannya: takut diberi sanksi, bahkan takut dipecat. Banyak karyawan yang merasa tidak nyaman dan tidak puas dalam bekerja. Akibatnya, sering terjadi keluar-masuk karyawan (turn-over) yang merugikan perusahaan.

Oleh katena itu, budaya organisasi hendaknya diperkuat sehingga bisa dipedomani seluruh karyawan: ada pedoman yang jelas bagaimana mereka diharapkan bersikap dan berperilaku. Hasil akhirnya adalah, kinerja karyawan menjadi baik dan semakin baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun