Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Meninggal karena Kelaparan, Siapa yang Bertanggung Jawab?

15 Agustus 2024   04:10 Diperbarui: 15 Agustus 2024   12:41 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: meninggal karena kelaparan (Sumber gambar: Shutterstock via Kompas.com).

Mungkin jumlah keluarga miskin di daerah tertentu sudah berkurang atau sebaliknya, bertambah. Oleh karena itu pembaharuan data secara periodik selalu perlu dilakukan sehingga menjadi sumber data yang valid dan dapat dipercaya dalam merancang pemberian bantuan sosial selanjutnya.

Satu hal yang perlu diingat, ada keluarga miskin yang sering berpindah-pindah tempat tinggal. Ia mungkin sudah tercatat di tempat tinggal lama, tapi tak ada lagi di tempat itu. Sementara, di tempat tinggalnya yang baru, belum tercatat sebagai warga atau penduduk setempat.

Mereka yang seperti ini sulit tersentuh program bantuan sosial dari pemerintah. Oleh karena itu, perlu disiasati bagaimana caranya agar warga seperti ini tetap mendapatkan bantuan.

Kedua, tingkatkan kepedulian sosial.

Apakah kepedulian sosial belakangan ini menurun? Tampaknya ya. Kalau di wilayah perdesaan rata-rata kepedulian sosial relatif masih bagus. Interaksi antarwarga berlangsung cukup intensif sehingga mereka mengetahui keadaan warga sekitar atau tetangganya.

Lain di desa, lain pula di wilayah perkotaan. Masyarakat perkotaaan, terlebih-lebih di kota besar, cenderung lebih bersifat individualistik: kurang kepeduliannya kepada orang-orang di sekiranya. Bahkan, dengan tetangga sebelah rumah pun bisa jadi tidak saling mengenal.

Apapun yang terjadi, ya cuek saja, tak peduli. Istilahnya: lu lu, gua gua. Kalau sudah seperti ini, kepedulian sosial sudah tidak ada tempatnya lagi, jauh dari kehidupan masyarakat.

Nah, kondisi seperti digambarkan di atas sangat rawan dengan berbagai permasalahan yang mungkin muncul, baik menyangkut masalah keamanan maupun problem ekonomi.

Akibatnya, ketika tetangga kelaparan, tak ada yang tahu. Dan, ketika tetangga meninggal di dalam rumah pun tak ada yang rungu, sampai-sampai jasadnya berbau menyengat, baru tercium dan ketahuan.

Oleh karena itu, baik di perdesaan maupun di perkotaan, kepedulian terhadap masyarakat sekitar seyogianya ditingkatkan. Kepedulian bukan berarti campur tangan terhadap hal-hal yang privasi sifatnya, melainkan rungu alias peduli terhadap keadaan mereka yang ada di sekitar dan siap untuk membantu.

Ketiga, penguatan ekonomi masyarakat miskin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun