Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Pernikahan Adat Bali, Sebuah Catatan Ringan

11 Agustus 2024   20:59 Diperbarui: 13 Agustus 2024   05:58 1083
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore itu kami sekeluarga berkumpul di teras rumah di Denpasar. Ada kakak dan adik kandung, ada juga sepupu. Beberapa keponakan juga ikut berkumpul.

Untuk apa ngumpul-ngumpul begini? Tiada lain, kami akan membicarakan rencana pernikahan anak laki-laki saya, Kadek Dwi Pradnyana (Dwi) dengan kekasihnya, Kadek Ayudia Parasari (Ayu).

Diskusi dengan Keluarga

Beberapa hari sebelum berkumpul dan mendiskusikan rencana pernikahan Dwi-Ayu, saya sudah membuat rancangan awal pernikahan sebagai bahan diskusi. Rancangan itulah yang kemudian menjadi bahan diskusi kami sekeluarga.

Saya menjelaskan secara kronologis seperti apa rencana yang hendak dilakukan dengan melibatkan anggota keluarga. Dalam diskusi itu ada sejumlah masukan dan saran untuk kami pertimbangkan bersama.

Pernikahan Dwi dan Ayu (Sumber gambar: Dokumentasi Pribadi)
Pernikahan Dwi dan Ayu (Sumber gambar: Dokumentasi Pribadi)

Tidak kurang satu setengah jam kami membahas rencana pernikahan tersebut dan akhirnya diperoleh kesepakatan bersama, terutama yang menyangkut jadwal upacara dan kelengkapannya serta berbagai macam hal yang dibutuhkan. 

Kami sepakati kalau, misalnya, masih ada yang perlu diperbincangkan lagi, masih bisa dilakukan melalui telepon atau WhatsApp. Maklum, jarak tempat tinggal kami cukup berjauhan.

Tidak lupa, saya yang menjadi ayah dari Dwi, menyampaikan terima kasih kepada semua anggota keluarga yang hadir sekaligus mohon bantuan dan keterlibatan mereka semua untuk menyukseskan acara pernikahan dimaksud.

Acara Mejantos dan Meminang

Sesuai dengan jadwal, acara pertama adalah mejantos atau mesuaka (bahasa Bali). Kata mejantos atau mesuaka artinya datang ke rumah keluarga calon mempelai wanita untuk menyampaikan maksud meminang.

Tentu saja jauh-jauh hari sebelum acara mejantos ini, saya dan istri sudah melakukan pembicaraan dengan orangtua calon mempelai wanita. Kami sudah beberapa kali bertemu dan mendiskusikan hal ini sebelumnya sehingga acara mesuaka berjalan lancar.

Intinya, pada acara mejantos itu kami menyampaikan maksud akan meminang putrinya tiga hari hari kemudian dan membuat upacara pernikahan sesuai dengan adat-istiadat yang berlaku. Kami jelaskan juga kapan acara meminang, natab pawiwahan, dan resepsinya, baik menyangkut waktu, tempat, dan hal lainnya yang terkait.

Berfoto bersama di tangga menuju ballroom (Sumber gambar: Dokumentasi Pribadi)
Berfoto bersama di tangga menuju ballroom (Sumber gambar: Dokumentasi Pribadi)

Tiga hari setelah mejantos, kami hadir lagi ke rumah calon mempelai wanita. Kali ini kami menghadirkan keluarga besar, termasuk Lurah dan prajuru adat. Di rumah calon besan (warang--bahasa Bali), sudah banyak keluarga dari pihak calon besan menyambut kehadiran kami.

Paling tidak ada 35 orang yang menyertai kami ke situ. Dari pihak keluarga yang kami kunjungi juga sekitar itu juga jumlahnya.

Dalam pertemuan tersebut dibicarakan tentang peminangan. Yang mewakili pihak keluarga kami menyampaikan maksud dan tujuan kami datang dan dari pihak keluarga setempat memberikan respons dengan baik.

Ditanyakan pula mengenai kesiapan dan kesungguhan hati kedua calon mempelai untuk memasuki jenjang hidup berumah tangga. Misalnya, apakah keduanya sudah benar-benar saling mencintai? Apakah keduanya sudah siap untuk membangun rumah tangga?

Diberikan juga nasihat oleh beberapa tetua yang hadir agar kedua mempelai menjaga perkawinan tersebut sepanjang hayat karena perkawinan itu adalah hal yang suci. Caranya adalah dengan selalu setia kepada pasangan, saling mengasihi, saling menguatkan, dan melangkah bersama untuk mencapai masa depan yang bahagia dan sejahtera.

Acara itu dilengkapi pula dengan pencatatan administrasi, baik yang berkaitan dengan administrasi kedinasan maupun adat. Lurah dan prajuru adat dan dinas dari kedua belah pihak dihadirkan untuk menyaksikan upacara tersebut sekaligus menuntaskan administrasi kedua calon mempelai.

Acara itu dilanjutkan dengan persembahyangan bersama di Pura atau Sanggah keluarga setempat dan sungkem kedua mempelai kepada kami, kedua orangtua pihak wanita dan pria.

Singkat cerita, pembicaraan dan persembahyangan yang memakan waktu sekitar dua jam itu akhirnya tuntas. Kami pun ijin pamit dan memboyong mempelai wanita ke rumah. Keluarga pihak mempelai wanita menyusul hadir belakangan.

Di rumah kami, keduanya diupacarai lagi dengan sarana banten yang berkesesuaian, lalu diteruskan dengan persembahyangan di Pura tempat tinggal kami. Walaupun lumayan melelahkan bagi kedua pengantin dan kami sekeluarga, akhirnya semua proses yang dilalui itu selesai dengan baik tanpa hambatan apapun.

Natab Pawiwahan dan Resepsi

Keluarga dari pihak mempelai wanita yang turut mengantarkan putrinya ke rumah kami pun kembali pulang. Selanjutnya, kami masih harus bersiap-siap menyongsong acara berikutnya, yakni upacara yang -- menurut agama Hindu Bali, disebut dengan natab pawiwahan pada keesolam harinya.

Natab pawiwahan dilangsungkan bukan di rumah melainkan di Griya Taman Prakerti Bhuwana, Gianyar, Bali. Prosesi natab membutuhkan waktu sekitar satu jam lamanya yang diantarkan oleh Pendeta Hindu dan pemangku atau pinandita. Usai natab pawiwahan, selanjutnya diselenggarakan resepsi pernikahan di ballroom yang letaknya berdekatan dengan lokasi natab tadi.

Suasana resepsi pernikahan (Sumber gambar: dok pribadi). 
Suasana resepsi pernikahan (Sumber gambar: dok pribadi). 

Ada ratusan undangan sudah hadir di ballroom. Mereka, satu per satu, memberikan ucapan selamat dan doa kepada kedua mempelai dan kepada kami para orangtua mempelai.

Sebelum resepsi dimulai, dilakukan acara pelepasan burung di tangga menuju ballroom. Tak hanya diikuti oleh kedua mempelai dan keluarga, juga diikuti oleh segenap undangan yang sudah hadir menjelang acara resepsi.

Kemudian, oleh MC, kami semua dipersilakan masuk ke ballroom yang berkapasitas sekitar 300 undangan itu. Tempatnya sangat memadai. Snack dan makanan sudah disiapkan dengan demikian rapi dan tertata.

Sekitar 3,5 jam lamanya acara resepsi tersebut berlangsung yang diakhiri dengan santap malam bersama. Tidak lupa para undangan berfoto bersama dengan kami, kedua orangtua pengantin dan kedua pengantin. Wajah ceria dan kegembiraan mengisi seluruh ruangan.

Pada saat resepsi berlangsung, ada lagu-lagu indah dinyanyikan. Ada candaan MC yang pintar membawakan acara. Intinya, acara resepsi berlangsung meriah.

Resepsi yang tadinya dimulai sekitar pukul 16.00, tanpa terasa kini sudah berlangsung sekitar 3 jam. Saatnya, melakukan pesta kembang api! Semua undangan diarahkan melangkah ke taman dan di sana kami diminta berdiri berderet-deret di sisi kanan dan kiri jalan. Dengan dipandu MC, semua peserta diberikan kembang api dan kemudian secara bersama dihidupkan, sementara itu pengantin melangkah pelan di antara para undangan yang memegang kembang api.

Begitulah, gelaran upacara dan resepsi berjalan dengan sangat lancar. Tentu saja membahagiakan kami semuanya. Kami sungguh sangat bersyukur kepada Tuhan atas karuniaNya ini. Acara pernikahan yang kami persiapkan cukup lama akhirnya berlangsung dengan baik.

Selamat kepada kedua anakku tercinta, Kadek Dwi Pradnyana dan Kadek Ayudia Parasari, yang sudah menjadi pasangan suami-istri sah. Selamat menikmati honeymoon ya. Semoga selalu saling menyayangi, saling menjaga, saling menguatkan, dan langgeng seumur hidup. Ayah dan Ibu akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu.

(I Ketut Suweca, 10 Agustus 2024).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun