Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memajukan Sekolah Dimulai dari Memajukan Perpustakaannya!

31 Juli 2024   18:59 Diperbarui: 31 Juli 2024   21:10 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak asyik membaca di perpustakaan (Sumber: dok. pribadi). 

Ada sebuah peristiwa yang membuat saya merasa miris dan kecewa yang masih saya ingat hingga sekarang. Peristiwanya sudah cukup lama, sekitar tiga tahun yang lalu. Kejadiannya di sebuah sekolah. Tepatnya di perpustakaan sekolah tersebut. Apakah peristiwa yang saya katakan membuat miris ini? 

Silakan baca detailnya berikut ini.

Berkeliling ke Perpustakaan Sekolah

Saat itu, pada hari dan tanggal yang sudah saya lupa, saya dan beberapa teman menelusuri perpustakaan di daerah. Niatnya adalah untuk mengetahui keberadaan perustakaan sekolah, baik perpustakaan SD maupun SMP. Kami juga menengok keadaan perpustakaan desa untuk mengetahui perkembangannya.

Apa yang kami lihat pada saat itu? Perpustakaan SD rata-rata masih belum berkembang dengan baik. Seringkali ruangan untuk perpustakaan menjadi persoalan karena ruangan yang tersedia semuanya untuk ruang belajar.

Selain itu, anggaran untuk membangun perpustakaan masih sangat minim sehingga untuk memajukan perpustakaan belum banyak yang bisa diperbuat. Kalaupun ada buku-buku di perpustakaan sekolah, yang banyak adalah buku-buku pelajaran. Jarang ada buku referensi untuk pengayaan pengetahuan di luar buku mata pelajaran.

Untuk memajukan perpustakaan pada tingkat SD diperlukan berbagai upaya, di antaranya dana yang memadai, ruang perpustakaan dan sarananya seperti rak, meja, kursi, dan lainnya. Buku-buku pun mesti diperbanyak untuk menambah koleksi dan menarik minat para siswa untuk datang dan membaca.

Bagaimana dengan perpustakaan pada level SMP? Jika dibandingkan dengan perputakaan SD, perpustakaan tingkat SMP rata-rata sudah mengalami banyak kemajuan. Artinya, koleksi bukunya sudah relatif banyak, sarana dan prasaranyanya cukup memadai, dan secara khusus ditempatkan petugas untuk mengelola perpustakaan.

Ada beberapa perpustakaan SMP yang berhasil meraih akreditasi C, B, dan bahkan akreditasi A. Sungguh menyenangkan melihat kenyataan ini. Prestasi yang diraih tentu lantaran kesungguhan dan kerja keras pihak sekolah yang dipimpin oleh kepala sekolah setempat. Jadi, rata-rata perpustakaan SMP sudah cukup maju dilihat dari standar penilaian.

Salah satu perpustakaan desa yang dikelola dengan sangat baik ( Sumber: dok. pribadi).
Salah satu perpustakaan desa yang dikelola dengan sangat baik ( Sumber: dok. pribadi).

Identik dengan Gudang?

Di balik rasa gembira itu, ternyata ada satu sekolah SMP yang membiarkan perpustakaannya terlantar. Ketika kami kunjungi, apa yang kami lihat adalah "perpustakaan" -- dengan tanda petik, yang tidak bedanya dengan gudang. Ya, gudang untuk menyimpan segala perabotan yang tak terpakai dan buku-buku yang nyaris tak pernah terjamah.

Begitu masuk ke "perpustakaan" tersebut, yang saya lihat adalah sebuah ruangan yang sama sekali tak terawat. Ruangan yang penuh debu. Di sana-sini ada banyak jaring laba-laba yang bergelayutan di plafon dan di tembok, menandakan ruangan itu tak pernah disentuh apalagi dibersihkan.

Saya sungguh kecewa dan sedih melihatnya. Barang-barang yang tak dipakai dengan berbagai macamnya menyatu dengan buku-buku yang berdebu. Saya hanya bisa menarik nafas untuk menahan rasa kecewa.

Ketika bertemu dengan kepala sekolah setempat setelah melihat kondisi yang ada, saya ingin sekali meluapkan rasa kecewa yang menyesakkan hati. Tapi, saya berusaha mengendalikan diri, terlebih-lebih saya tak memiliki kewenangan apapun untuk menilai dan mengawasi kinerjanya.

Syukurlah, akhirnya yang keluar dari mulut saya adalah kata-kata berupa harapan. Ya, saya hanya berharap agar perpustakaan itu jangan dijadikan tempat untuk menumpukkan barang-barang bekas yang tak terpakai. Jangan pula membiarkan perpustakaan lupa dibersihkan.

Jangan pula mengidentikkan perpustakaan dengan gudang. Kalau mengidentikkan perpustakaan sebagai gudang, maka seperti itulah jadinya. Sama sekali tak terawat. Sudah tempatnya di pojok belakang, berdebu, jadi satu pula dengan berbagai barang lainnya.

Anak-anak asyik membaca di perpustakaan (Sumber: dok. pribadi). 
Anak-anak asyik membaca di perpustakaan (Sumber: dok. pribadi). 

Merawat Perpustakaan

Itulah pengalaman saya mengamati keberadaan perpustakaan di beberapa sekolah di daerah. Sebagai pencinta literasi, saya ikut merasa senang apabila sekolah-sekolah yang ada selalu menjaga dan memajukan perpustakaannya dengan baik dan telaten dan mengajak para guru dan anak-anak datang membaca.

Sebaliknya, saya sungguh merasa kecewa dan miris, kalau melihat buku-buku di situ dibiarkan  penuh debu, tak terurus, apalagi dibaca oleh anak-anak.

Saya selalu berharap para pihak terkait lebih menghargai buku-buku dengan merawatnya dengan baik di perpustakaan yang layak. Saya juga berharap buku-buku itu mudah dijamah oleh tangan-tangan mungil anak-anak sekolah, menjadi salah satu sumber belajar yang memperkaya khasanah pengetahuan dan kecerdasan mereka.

Saya meyakini bahwa barang siapa yang memprioritaskan perpustakaan di sekolahnya, maka sekolah itu akan maju pesat. Jika tidak, maka sekolah itu akan tertatih-tatih, tak kunjung maju. Inilah "kutukan" dari perpustakaan dan buku-buku di dalamnya terhadap siapa pun yang abai terhadapnya.

Mari memajukan sekolah diawali dengan memajukan perpustakaannya!

(I Ketut Suweca, 31 Juli 2024).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun