Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Ini Dia 4 Faktor Penghambat Kemajuan Karier, Waspadalah!

25 Oktober 2023   15:14 Diperbarui: 26 Oktober 2023   21:32 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi karyawan yang kariernya terhambat (Sumber gambar: kompas).

Semua orang yang bekerja di organisasi atau perusahaan tentu berharap kariernya meningkat bersamaan dengan berputarnya waktu. Karyawan tentu tidak ingin kariernya begitu-begitu saja, mulai dari awal mula bekerja sampai pensiun. Semuanya ingin mencapai kemajuan.

Terdapat beberapa orang yang berhasil meniti karier dengan kemajuan yang sangat pesat. Ada pula yang maju secara perlahan-lahan. Dan, ada juga yang mengalami kemacetan dalam karier lantaran berbagai sebab dan kendala.

Yang menentukan kemajuan karier adalah orang itu sendiri. Artinya, si empunya-lah yang memiliki tamnggung jawab atas maju-mundur atau cepat-lambat kemajuan kariernya.

Selain diri sendiri, pihak perusahaan juga berperan di dalamnya. Perusahaan harus memberikan dukungan sekaligus memfasilitasi karier karyawan. Dukungan perusahaan sangatlah penting dalam kemajuan dan kelancaran karier karyawan selain upaya karyawan itu sendiri.

Namun, pada kenyataannya ada saja faktor-faktor penghambat bagi gerak laju karier, terutama yang berasal dari luar diri mereka yang tengah meniti karier.

Apa sajakah itu? Mari kita bahas satu per satu dalam artikel ini.

Pertama, penilaian yang tidak objektif.

Penilaian yang sangat subjektif menjadi salah satu biang kerok terhambatnya karier seseorang.  Maksudnya, penilaian  yang diberikan oleh atasan langsung atau pimpinan berdasarkan kehendaknya sendiri, bukan berdasarkan aturan yang ada.

Kalau pun disebutkan berdasarkan aturan, itu hanyalah mengikuti dan memenuhi tatanan formalnya. Sementara, di dalamnya ada unsur like and dislike  yang dilakukan dalam penilaian.

Yang menjadi korban adalah karyawan yang dinilai. Ia yang mestinya bisa mendapatkan promosi setingkat lebih tinggi akhirnya harus kecewa lantaran penilaian yang tidak benar.

Kedua, sikap diskriminatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun