Nah, pada saat melakukan komunikasi verbal-lisan, secara bersamaan kita juga berkomunikasi secara nonverbal yang terlihat dari gesture kita.
Pada saat kita mengucapkan kata-kata, tubuh kita kita juga "mengucapkan"-nya. Terkadang hal ini terjadi tanpa kita sadari.
Jujur dan Spontan
Pada umumnya apa yang kita ucapkan selaras denga gesture kita. Artinya, antara lisan dan gesture berjalan seiring. Namun, ada kalanya apa yang kita ucapkan tidak sejalan dengan gesture kita.
Mengapa? Karena boleh jadi kita sedang berbohong. Kita bisa berusaha meyakinkan orang lain dengan ucapan kita, akan tetapi gesture kita tak akan mendukungnya. Terutama yang paling terbaca ada pada mata yang tidak bisa berbohong.
Bagi orang yang berpengalaman dalam berkomunikasi, tidak perlu menggunakan alat test untuk mendeteksi kebohongan untuk mendeteksi orang sedang berkata jujur atau tidak.
Dengan kata lain, komunikasi nonverbal yang mewujud ke dalam bentuk ekspresi wajah, gerak tubuh, dan lainnya bersifat sahih (reliable).
Di samping sifatnya yang sahih, komunikasi nonverbal ini juga terjadi secara spontan. Pada saat bibir kita berkata-kata, secara otomatis ekspresi kita juga mengikutinya. Ekspresi dan gerakan tubuh kita akan terlihat dengan jelas.
Lalu, yang mana yang bisa dipercaya? Seperti penulis sebutkan di atas, kata-kata yang terucap bisa saja terdiri atas kebohongan-kebohongan, tapi gesture dan ekpresi wajah akan "mengatakan" hal yang sebenarnya.
Dengan kata lain, komunikasi nonverbal itu pada dasarnya jujur: ia mengatakan apa yang sejatinya ada di dalam benak si pembicara. Orang bisa saja mengatakan "tidak mau", tetapi sebenarnya ia "mau", hanya malu mengatakannya. Â
Oleh karena itu, ketika sedang berkomunikasi lisan dengan seseorang, jangan lupa memerhatikan ekpresi wajahnya, gerak tubuh atau gesture-nya.