Anak-anak yang sebelumnya selalu dalam pengasuhan dan berada di rumah bersama orangtua kemudian pergi meninggalkan orangtuanya.
Sebetulnya perasaan seperti kehampaan dan kehilangan ini menjadi hal biasa yang dihadapi oleh para orangtua yang ditinggal anak-anaknya.
Gejalanya antara lain, menangis secara diam-diam yang acapkali terjadi pada sang ibu. Bisa juga berwujud kehilangan gairah bekerja, hanya ingin duduk tanpa melakukan apa-apa. Orangtua merasa perannya sebagai orangtua telah berakhir.
Ini akan berlangsung terutama beberapa saat setelah kepergian anak-anak, dan kemudian akan berkurang secara perlahan-lahan bersamaan dengan bergulirnya waktu. Ini akan terjadi kalau orangtua mampu beradaptasi dengan perubahan yang ada.
Tetapi kalau sindrom ini dirasakan secara terus-menerus bahkan sudah sampai menimbulkan depresi, maka tentu saja mesti dikonsultasikan dengan psikiater atau psikolog.
Cara Mengatasinya
Lalu, bagaimana upaya orangtua yang mengalami sindrom ini mengatasinya? Mari kita bahas lebih lanjut.
Pertama, menerima kenyataan.
Bahwa perubahan pasti akan terjadi dan terus berlangsung, yang kekal hanyalah perubahan. Kalau sebelumnya orangtua selalu bisa bersama-sama dengan anak-anak: mengasuh, mendidiknya, dan menyayanginya dari dekat, kini tidak bisa lagi.
Tidaklah mungkin bagi orangtua "mengikat" anak-anaknya agar tetap di rumah seumur hidup. Ada saatnya anak mandiri dan menghadapi semua rintangan dan tantangan di hadapannya.