Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Menyiapkan Dana Pensiun? Jangan Sampai Terlambat!

31 Agustus 2022   19:14 Diperbarui: 2 September 2022   12:45 1142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perlunya menyiapkan dana pensiun (Sumber: moneytalksnews.com).

Begitu seseorang pensiun, bukan hanya ia berhenti dari pekerjaannya, bahkan juga berhenti dari mendapatkan besaran gaji dari pekerjaan yang selama ini ditekuninya.

Artinya, begitu memasuki masa pensiun, pensiunan harus siap dengan penghasilan yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan ketika masih aktif bekerja.

Menghindari Utang?

Untuk itu, gaya hidup saat pensiun mesti disesuaikan dengan keadaan keuangan. Jika tidak, maka mungkin akan terjadi lebih besar pasak daripada tiang. Penghasilan yang relatif besar dulunya, kini sudah lewat. Yang tinggal hanyalah uang pensiunan yang sangat terbatas jumlahnya.

Belum lagi kalau uang pensiunan yang sudah kecil dipotong pula dengan cicilan bank dan pinjaman lainnya yang mesti dicicil. Kalau ini terjadi, maka menjalani pensiun menjadi kondisi yang berat. Ia mesti masih terus harus bekerja keras untuk menambal kekurangan setiap bulannya.

Oleh karena itu, sebiasanya diatur sejak awal agar tidak membuat utang hingga saat pensiun. Begitu menjelang pensiun, hendaknya utang sudah lunas. Itulah idealnya.

Akan tetapi, dalam banyak kasus, orangtua terpaksa harus meminjam di bank atau di tempat lain karena harus menyekolahkan anak-anaknya hingga ke perguruan tinggi. Ia berpikir, bahwa pendidikan adalah investasi terbaik bagi penerusnya sehingga ia rela berutang demi memberikan pendidikan yang terbaik bagi putra-putrinya.

Saking suntuknya membiayai kuliah sang anak, maka orangtua jadi lupa untuk mempersiapkan dana pensiun bagi dirinya sendiri. Semua tertumpu pada upaya menyekolahkan anak. Alhasil, hanya sedikit tabungan atau investasi yang bisa dimiliki di hari tua. Ada juga yang masih harus menanggung utang saat sudah pensiun.

Perlunya menyiapkan dana pensiun (Sumber: moneytalksnews.com).
Perlunya menyiapkan dana pensiun (Sumber: moneytalksnews.com).

Persiapkan Sejak Awal

Berbicara tentang dana pensiun, para karyawan ada yang sudah mempersiapkannya karena secara organisasi mewajibkannya. Dan, dana itu pun bisa dipakai sebagai modal awal saat pegawai bersangkutan memasuki masa pensiun.

PNS contohnya, mereka memiliki tabungan pensiun (taspen) yang relatif terbatas jumlahnya di samping memperoleh gaji bulanan yang besarnya 75 persen dari gaji pokok saat pensiun.

Untuk bisa hidup dengan dana tersebut, seorang pensiunan mesti mengubah gaya hidup, mengencangkan ikat pinggang. Jika tidak begitu, bukan mustahil, bukannya sisa yang dimiliki, melainkan hutang yang muncul dan kian membengkak.

Oleh karena itu, dana pensiun seyogianya dipersiapkan sejak dini. Salah satu alternatif yang bisa ditempuh dengan cara mudah adalah dengan mengikuti tabungan berjangka. 

Jika, misalnya, kita menyisihkan uang sebesar 1,5 juta setiap bulannya untuk ditabung, maka dalam waktu 5 tahun kita akan mendapatkan uang tabungan sebesar 100 juta.

Itu hanyalah contoh sederhana. Jika kita bisa menyisihkan uang lebih besar lagi setiap bulannya dalam waktu yang lebih lama, tentu besaran perolehan pada akhir masa tabungan akan semakin besar. Nah, uang yang terkumpul ini bisa dijadikan sebagai dana hari tua.

Menghitung Risiko

Dana itu bisa kita kelola dalam bentuk tabungan, bisa pula sebagian dialihkan ke dalam bentuk deposito, emas, reksadana, properti, dan lainnya. Terserah kita memilihnya. Setiap pilihan ada risikonya, maka pikirkan dengan cermat sebelum menginvestasikan uang. Pada umumnya, apabila kita ingin mendapatkan keuntungan yang besar, maka risikonya pun besar, demikian juga sebaliknya.

Lalu, berapa besaran dana pensiun yang perlu kita persiapkan? 

Secara sederhana, dana pensiun itu bisa dilihat dari perkiraan usia harapan hidup. Misalkan usia harapan hidup 75 tahun, sedangkan usia pensiun kita 60 tahun.

Diperlukan dana sejumlah tertentu untuk membiayai hidup kita dari usia 60 tahun ke usia 75 tahun atau selama 15 tahun. Lalu, berapa kebutuhan uang dalam sebulan? Misalnya, kita butuh uang sebanyak 4 jt untuk biaya hidup dalam sebulan. Berarti dalam 15 tahun kita membutuhkan dana pensiun 15 x 12 x 4 juta atau 720 juta.

Memulai Sejak Dini

Pertanyaannya, bagaimana kita bisa mengumpulkan dana sebesar itu? 

Tiada lain kuncinya adalah dengan mempersiapkannya di awal, bahkan di titik start di mana kita mulai mendapatkan penghasilan. Menabung atau berinvestasi adalah jalan untuk mengumpulkan uang sehingga kita memiliki cukup dana pensiun ketika tiba waktunya purna tugas.

Dengan dana pensiun yang memadai, maka secara keuangan kita merasa jauh lebih aman. Ingatlah bahwa di masa tua kita mungkin akan lebih banyak membutuhkan dana untuk merawat kesehatan, lebih dari sebelumnya.

Anak-anak yang sudah menyelesaikan pendidikan tingginya dan sudah bekerja tentu tidak akan melupakan jasa orangtua mereka. Mereka akan membantu orangtuanya ketika membutuhkan. Itu jika si anak memiliki perhatian kepada orangtuanya. Bagaimana jika tidak?

Orangtua yang kini menjadi pensiunan mesti berupaya untuk mempersiapkan dirinya sendiri. Ia tidak bisa hanya mengandalkan anak-anaknya. Mengapa? Karena anak-anaknya pun sudah berkeluarga dan punya anak-anak juga untuk ditanggungnya. Tentu tidak elok menjadi beban anak, apalagi anak baru mulai merintis usaha atau karier sehingga penghasilan mereka masih terbatas.

Di sinilah pentingnya dana hari tua tersebut yang mesti dipersiapkan sejak dini. Kalau kita sekarang masih muda, segeralah ambil ancang-ancang mempersiapkan masa tua dengan menabung atau berinvestasi secara konsisten. Jangan sampai terlambat! Sebab, jika terlambat, kita akan menyesal kemudian.

(I Ketut Suweca, 31 Agustus 2022).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun