Kalau saya mengeluarkan uang untuk orang miskin seratus ribu rupiah, apa yang akan saya dapatkan dari si penerima?
Kalau saya membantu orang pada saat ia mengalami kesulitan, apakah ketika saya mengalami kesulitan, ia akan membantu saya?
Pertanyaan atau pertimbangan untung-rugi seperti itu, telah mengantarkan orang pada keraguan dalam membantu orang lain, bahkan bisa membawanya menjadi pribadi yang egois.
Berbuat baik, ya, berbuat baik saja. Ketika muncul niat untuk berbuat baik, lakukanlah. Hapus saja pertimbangan egoistis yang menyatakan: apa yang saya dapat dari bantuan yang saya berikan ini!
Saya sudah tuliskan di atas bahwa setiap perbuatan ada hasilnya: buruk diperbuat, buruk juga hasilnya, baik diperbuat akan baik juga hasilnya. Ini prinsipnya.
Akan tetapi, mengapa masih juga mempertimbangkan hasil yang kita dapatkan ketika berniat membantu orang lain yang membutuhkan bantuan?
Begitulah, membentuk kebiasaan-kebiasaan baik itu banyak tantangannya, terutama yang berasal dari diri sendiri. Apalagi, bagi orang yang sudah terbiasa berbuat culas, sering menipu orang, selalu mementingkan diri sendiri, dan sejenisnya.
Kebiasaan-kebiasaan berbuat baik adalah pilihan. Jika kita berkomitmen untuk selalu berusaha berbuat baik setiap hari, maka lakukanlah. Jangan terlalu banyak pertimbangan yang membuat Anda membatalkan perbuatan baik itu.
Lakukan dengan Tulus dan Ikhlas
Jangan bayangkan perbuatan baik wujudnya adalah memberi uang yang berjumlah besar kepada orang lain. Perbuatan-perbuatan baik yang kecil dan sederhana sekali pun tak masalah.