Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Memahami dan Menerapkan Filsafat Stoikisme untuk Hidup Lebih Baik

9 Juli 2022   09:48 Diperbarui: 10 Juli 2022   13:00 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi untuk filsafat stoikisme (Sumber gambar: turbofuture.com).  

Saya beruntung menemukan buku yang satu ini di sebuah toko buku. Buku terjemahan ini berjudul: Setiap Hari Stoik.

Buku ini merupakan hasil karya Ryan Holiday dan Stephen Hanselman. Ini menjadi salah satu buku yang saya sukai.

Buku yang ber-cover oranye ini menguak banyak aspek tentang filosofi Stoikisme, sebuah aliran filsafat yang digagas oleh oleh sejumlah filsuf di zaman Yunani dan Romawi, yang pemikirannya masih banyak diminati, dipelajari, dan dianut hingga sekarang.

Beberapa tokoh stoisisme yang terkenal adalah Zeno, Epiktetos, Seneca, dan Marcus Aurelius.

Ajaran yang Implementatif

Pada umumnya, filsafat seringkali diidentikkan dengan pemikiran-pemikiran yang rumit, abstrak, njlimet, dan tidak implementatif.

Pembaca seakan-akan dibawa ke negeri yang antah-berantah, tak lagi berpijak di bumi. Tetapi, benarkah?

Paling tidak, dunia filsafat dalam buku ini sudah menunjukkan kepada pembaca bahwa filsafat itu tidak selalu seperti yang distigmatisasi orang pada umumnya selama ini.

Buku ini dengan gamblang menyatakan bahwa filsafat stoikisme merupakan penuntun bagi kehidupan nyata manusia. Ajaran yang ada di dalamnya bisa dijadikan sebagai pemandu demi kehidupan yang lebih baik.

Belakangan, saya mencoba mempelajari lebih jauh tentang stoikisme ini melalui buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring, buku How to Be Free karya Epiktetos di samping dari buku yang sedang kita bahas ini. Dilengkapi pula dengan mempelajari beberapa video bagus di cannel youtube.

Dari sumber belajar itu saya merasa bahwa aliran pemikiran stoikisme sangat implementatif. Artinya, apa yang diajarkan dalam stoikisme benar-benar  bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan kata lain, isi pemikiran yang disuguhkan dalam filsafat ini berkaitan dengan kehidupan manusia dan bisa diimplementasikan. Sama sekali bukan sesuatu yang di awang-awang dan menjlimet.

Saya akan angkat beberapa topik menarik dan menginspirasi dari buku Setiap Hari Stoik terbitan Gramedia Pustaka Utama tahun 2022 ini.

Dikotomi Kendali

Satu pelajaran utama yang diajarkan filsafat stoikisme adalah perlunya kemampuan membedakan mana yang bisa diubah dan mana yang tidak.

Mana yang bisa kita kendalikan dalam hidup ini, mana yang tidak bisa. Istilah yang sering dipakai untuk ini adalah dikotomi kendali.

Yang bisa dikendalikan adalah aspek internal diri, sementara yang tidak bisa dikendalikan ada di luar diri.

Aspek internal, misalnya, respons kita, pikiran kita, ucapan kita, dan perilaku kita sendiri. Sedangkan aspek eksternal, antara lain cuaca, pendapat atau pemikiran orang lain, peristiwa atau kejadian luar, dan lainnya.

Dalam ajaran ini, diharapkan kita berfokus untuk menangani aspek internal saja, yaitu aspek yang bisa kita kendalikan. Caranya? Dengan mengusahakannya sebaik mungkin.

Ilustrasi untuk filsafat stoikisme (Sumber gambar: turbofuture.com).  
Ilustrasi untuk filsafat stoikisme (Sumber gambar: turbofuture.com).  

Aspek ekternal -- yang berada di luar kendali, tak perlu dipikirkan. Mengapa? Karena kita tak memiliki kendali terhadapnya. Kalau aspek eksternal itu dipikirkan, apalagi dipikirkan secara berlebihan, maka akan membuat kita menjadi orang yang overthinking.

Jurnal Harian

Di samping membahas tentang dikotomi kendali, di dalam filsafat stoikisme juga kita diingatkan untuk membuat jurnal harian. Jurnal harian disebutkan menjadi bagian penting dan perlu ditulis setiap hari.

Kehidupan terus bergerak. Waktu terus bergulir. Pertanyaannya, sudahkah kita sempatkan mencatat hari-hari yang telah kita lewati dan melakukan refleksi. Filosofi Stoik mendorong kita untuk melakukan ini.

Catatlah apa yang telah dilakukan, apa yang sedang dipikir, apa yang perlu diperbaiki lagi. "Apakah perbuatanku sudah baik? Apakah aku sudah bersikap adil? Adakah yang harus kuperbaiki lagi?" demikian dituliskan.  

Buatlah jurnal harian sendiri yang dihimpun dalam buku catatan kecil. Pada saat menulis, catatlah apa-apa yang memberi kebahagiaan dan apa pula yang menjauhkan kita dari kebahagiaan.

Dengan berupaya menuliskannya, maka kita tidak akan mudah melupakannya. Catatan tersebut akan sangat membantu kita mengingat masa yang telah lewat kapan pun kita mau. 

Di samping itu, dari catatan harian tersebut, kita juga akan bisa melacak kemajuan kita dari waktu ke waktu.

Perhatikan Pesan Moralnya

Saran Seneca -- salah seorang filsuf aliran stoikisme, terhadap mereka yang belajar tentang karya-karya klasik adalah: tanggal, nama, tempat, semuanya tidak penting.

Yang penting, menurut Seneca, adalah pesan moral dari apa yang kita pelajari. Jika kita belajar pada sebuah karya atau buku, apabila kita menemukan pesan penting, seperti pentingnya kegigihan, bahayanya kesombongan, atau risiko berbagai godaan, maka kita sudah belajar dari karya tersebut.

Tanamkan persepsi dalam pikiran bahwa kita tidak sedang belajar untuk ujian. Tidak sedang menjawab soal ujian dengan harapan mendapatkan nilai sempurna dan mengesankan guru kita. Tidak!

Kita membaca dan belajar untuk hidup, untuk menjadi manusia yang baik, selalu dan selamanya.

Tentang Aturan Sederhana

Marcus Aurelius -- salah satu tokoh utama stoikisme, mengingatkan kita mengenai beberapa aturan sederhana yang bisa kita jadikan panduan dalam hidup. Apakah itu?

Marcus berpesan, "Di dalam tindakanmu, janganlah menunda-nunda. Di dalam percakapanmu, janganlah membingungkan. Di dalam pikiranmu, janganlah melantur. Di dalam jiwamu, janganlah pasif dan agresif. Di dalam hidupmu, jangan jadikan semua sebagai bisnis."

Yang sederhana jarang mudah. Pesan di atas sederhana tampaknya. Tapi, mudahkah dalam implementasinya?

Semoga kita dapat memetik manfaat dari pesan-pesan yang berharga para filsuf stoikisme ini.

(I Ketut Suweca, 9 Juli 2022).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun