Selain itu, ketika masih bekerja di kantor atau perusahaan dulu, mungkin banyak fasilitas yang diperoleh. Misalnya, dulu Anda dijemput dengan mobil, dan begitu tiba di kantor ada staf yang mengucapkan selamat pagi dengan hormatnya.
Di samping itu, dulu gaji yang diterima lumayan besarnya. Cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan menyekolahkan anak-anak hingga ke perguruan tinggi. Mungkin Anda tidak banyak mengalami kesulitan untuk memenuhi berbagai kebutuhan.
Akan tetapi, semua fasilitas tersebut -- begitu Anda memasuki masa pensiun, tidak ada lagi. Sudah menjadi masa lalu. Hanya akan menjadi kenangan yang terkadang kita bangga-banggakan kepada anak-cucu dan orang lain.
Begitu pensiun, mungkin Anda tiba-tiba merasa kehilangan identitas diri. Kalau dulu jelas identitas tersebut seperti menjadi penguasa, pejabat, atau staf pada sebuah instansi atau perusahaan, kini tidak lagi.
Kalau dulu, dengan mudah bisa membeli apa yang diinginkan karena gaji yang relatif besar, kini mesti berpikir dua kali untuk mengeluarkan uang.
Post Power Syndrome
Bagi mereka yang tidak siap memasuki masa pensiun -- berharap hidup seperti saat masih aktif, boleh jadi akan mengalami apa yang disebut dengan post power syndrome.
Post power syndrome didefinisikan sebagai suatu kondisi kejiwaan yang umumnya dialami oleh orang-orang yang kehilangan kekuasaan atau jabatan yang diikuti dengan menurunnya harga diri.
Ada juga orang menyebut sebagai retirement syndrome sebagai istilah umum yang dihadapi oleh para pensiunan.
Pentingnya Kesiapan Mental
Lalu, bagaimana mengatasi post power syndrome pasca pensiun? Kalau dirinci hal-hal yang berkaitan dengan cara mengatasi perasaan kehilangan harga diri setelah pensiun, ada banyak. Akan tetapi, dari semua itu, kesiapan mental adalah yang paling penting.