Pura Tirta Empul
Kami tiba di Pura Tirta Empul sekitar pukul 11.30. Begitu mendekati halaman parkir Pura setempat, sudah tampak banyak sekali kendaraan diparkir, nyaris memenuhi areal parkir yang luas di depan Pura.
Beruntung kami masih menemukan tempat yang kosong sehingga tidak mengalami kesulitan sama sekali memarkir kendaraan. Setelah itu, kami pun bergegas masuk ke dalam (jeroan) untuk sembahyang.
Ada banyak pemedek (orang yang hadir untuk sembahyang) yang tampak sedang mencakupkan tangan di altar Tuhan.
Karena harus bergiliran, kami pun menunggu beberapa saat. Kami baru mulai menghaturkan banten (sesajen) dan diteruskan dengan sembahyang setelah rombongan sebelumnya selesai.
Usai sembahyang, kami lanjut kembali ke halaman parkir. Tidak langsung menuju kendaraan, melainkan istirahat sebentar di sebuah balai panjang yang terbuat dari kayu. Oleh desa setempat rupanya balai ini memang sengaja disediakan untuk pengunjung yang hendak beristirahat.
Ada banyak orang yang tempat beristirahat di situ. Ada yang sekadar duduk sambil minum, ada juga yang membuka bekal makanan yang dibawa dari rumah.
Kami sekeluarga pun nimbrung duduk di balai itu. Kami membuka bungkusan yang sudah kami siapkan dari rumah sejak pagi-pagi. Apa isinya? Apalagi kalau bukan sejumlah ketupat dengan daging ayam panggang, kacang, tempe, telor rebus, dan beberapa buah-buahan.
Karena sudah siang, kami berempat makan dengan lahap. Entah mengapa, makanan kali ini terasa lebih nikmat daripada biasanya. Mungkin lantaran lapar dan suasana sekitarnya yang sangat mendukung. Tidak lupa kami memesan minuman pelepas dahaga di warung  sebelah tempat kami duduk.
Bermalam di Ubud
Sekitar 1 jam 30 menit lamanya kami berada di Pura Tirta Empul. Dan, kini saatnya kami meluncur daerah wisata paling terkenal di Bali, yaitu Ubud. Jarak antara Tampaksiring tempat kami sembahyang dengan Ubud tempat kami akan menginap, hanya membutuhkan 27 menit perjalanan.