Seyogianya kita bersandar pada kebenaran dan kebaikan. Kalau kita merasa yakin bahwa apa yang kita lakukan itu sudah baik dan benar, tidak merampas hak orang lain, tidak melanggar hukum atau perintah agama, mengapa ragu? Mengapa tidak dilanjutkan?
Apa pedulinya kita terdapat pendapat orang lain -- yang nota bene, berangkat dari persepsi dan kepentingan mereka masing-masing. Emangnya gue pikirin? Begitu orang berseloroh.
Ubah yang Bisa Diubah
Satu hal yang harus kita ingat, bahwa ada hal yang bisa kita ubah, ada juga yang tidak. Pendapat orang lain dan keadaan atau kejadian di sekitar, dalam banyak kasus, tak bisa kita ubah. Berada di luar kontrol kita.
Misalnya, ketika kita hendak berangkat ke kantor, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Apakah kita akan menggerutu atau mengutuk hujan? Jatuhnya hujan itu berada di luar kontrol kita. Ini tidak bisa  kita ubah.
Sebaliknya, kita hanya bisa mengubah hal-hal yang memang bisa kita ubah. Pikiran, ucapan, dan tindakan kita sendirilah yang bisa kita ubah atau sesuaikan karena ini berada dalam kontrol kita.
Terkait contoh tentang hujan di atas, misalnya, kita tidak bisa mengutuk dan memerintahkan hujan berhenti. Tidak bisa, karena itu dalam kuasa Tuhan.
Apa yang bisa kita ubah, itulah yang menjadi urusan kita. Misalnya, kita akan menunggu hujan reda atau menerobos hujan dengan menggunakan mantel atau jas hujan. Atau, kita tidak menggunakan sepeda motor, melainkan mengendarai mobil.
Inilah hal-hal yang bisa kita lakukan dan kita kontrol. Tidak lalu menggerutu terhadap keadaan yang terjadi.
Dengan kata lain, yang bisa kita kendalikan adalah tanggapan atau respons kita terhadap semua hal di sekitar kita yang sifatnya uncontrollable.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!