Pada saat sedang istirahat usai melihat perpustakaan Indra Taksu di Desa Pacung, Buleleng, Bali, saya diberikan sebuah buku. Buku itu, seperti saya sebut di atas, judulnya Gong Smash!
Pak Gol A Gong membubuhkan tanda-tangan pada buku tersebut. Ia juga menuliskan kalimat di halaman pertama buku.
"Jadilah jalan setapak."
"Pak Suweca, terima kasih atas sambutan hangatnya."
Begitu tulis Pak Gol A Gong pada halaman depan buku itu sebelum diserahkan kepada saya. Tentu saja saya sangat berterima kasih sudah mendapatkan buku itu, juga menerima pesan darinya.
Sampai di rumah, saya merenung, apa yang dimaksud dengan "menjadi jalan setapak." Saya jadi teringat dengan untaian kata yang mirip dengan itu, tapi saya tidak ingat, entah di mana saya membacanya.
Lalu, saya mencoba mencari di internet, kata-kata yang sudah pernah saya baca jauh sebelumnya. Nah, saya menemukan apa yang saya cari! Â Ternyata kata-kata itu mirip dengan yang ada di dalam puisi karya Taufik Ismail.
Saya teliti dan kaitkan pesan Pak Gol A Gong dengan isi puisi karya Taufik Ismail secara lengkap. Setelah itu, barulah saya memahami bahwa ternyata ada pesan bermakna yang ingin Pak Gol A Gong sampaikan kepada saya.
Saya pun mencoba memahaminya seperti berikut ini. Dalam kehidupan, terdapat banyak pilihan pekerjaan atau profesi. Ada yang menjadi pengusaha, penguasa, guru, petani, buruh, pemulung, dan seterusnya. Semuanya itu berguna dalam kehidupan dan demi hidup itu sendiri.
Ada yang menjadi jenderal, ada juga yang menjadi kopral. Ada yang menjadi pejabat tinggi, ada pula yang menjadi karyawan biasa. Ada yang menjadi pengusaha besar, ada juga yang menjadi pedagang kecil di pasar rakyat.
Tidaklah menjadi persoalan apa pekerjaan atau profesi kita. Yang utama adalah, apakah kita menjalaninya dengan cinta, dengan baik, dan dengan penuh ketulusan.