Lantaran mengetahui bahwa saya menjadi salah satu narasumber dalam acara Talkshow dan Pelatihan Kepenulisan yang diselenggarakan Perpusnas RI dan Duta Baca Indonesia belum lama ini, seorang penyiar RRI Singaraja menghubungi saya.
Melalui whatsapp, penyiar tersebut menyampaikan maksudnya untuk wawancarai saya sekaligus interaktif dengan pendengar selama satu jam di ruang siaran radio tersebut.
"Selamat pagi, Pak. Saya Riskha dari RRI. Kami mengundang Bapak untuk menjadi narasumber dalam Dialog Live di RRI Singaraja pada hari Senin, 14 Februari 2022, pukul 09.00-10.00 terkait dengan penguatan budaya literasi."
Membaca isi whatsapp itu, saya langsung membalas dengan menyatakan kesanggupan. Â Sebab, pada dasarnya saya senang ngobrol tentang literasi.
Mumpung ada kesempatan seperti ini, saya pikir, tidak ada salahnya memenuhi permintaan tersebut. Ini kesempatan yang sangat baik untuk mensosialisasikan tentang budaya literasi kepada para pendengar.
Hari yang disepakati pun tiba. Saya dan seorang sahabat yang mendampingi, Ir. Nyoman Widarma, sudah sampai di RRI Singaraja lima belas menit sebelum acara dimulai. Di ruang siaran tampak Mbak Ayu Sundari sedang menunaikan tugasnya.
Tidak lama menunggu, kami pun dipersilakan masuk ke ruang siaran. Bukan Mbak Riskha yang menjadi pewawancara, melainkan Mbak Ayu Sundari, penyiar kawakan yang juga sudah lama saya kenal.
Penguatan Literasi
Ayu Sundari mengawali dialog on air ini dengan pertanyaan: seperti apa kondisi literasi saat ini, dan apa yang bisa dilakukan ke depan untuk penguatan budaya literasi di daerah. Ini rupanya pertanyaan serius yang mesti kami jawab dengan serius juga.
Setelah ber-say hello terlebih dahulu dengan para pendengar, saya pun memberikan jawaban dengan agak panjang. Berawal dari pengertian literasi dan cakupannya. Lalu, meneruskan penjelasan tentang beberapa hal yang bisa dilakukan terkait dengan upaya penguatan literasi, dilengkapi juga oleh Nyoman Widarma.