Ada istilah yang sangat terkenal: Â quid pro quo. Artinya: sesuatu untuk sesuatu. Secara harfiah dimaknai, kalau orang melakukan sesuatu pasti ada maksudnya, ada tujuannya. Demikian juga dengan menulis. Orang menulis pasti ada tujuannya.
Pertanyaannya, apakah tujuan Anda menulis? Menetapkan tujuan sebelum menulis adalah hal yang penting. Tanpa tujuan, menulis hanyalah sebuah kerja yang sia-sia.
Mari kita lihat apa saja tujuan orang dalam menulis. Periksa juga, mana yang menjadi tujuan Anda. Boleh jadi tujuan menulis itu lebih dari satu.
Orang menulis bisa dengan dua atau lebih tujuan. Bagaimanapun, tujuan menulis mesti ada untuk menjawab pertanyaan: untuk apa Anda menulis.
Pertama, menumpahkan unek-unek.
Menulis dijadikan sebagai wahana untuk mengeluarkan atau menumpahkan segala pemikiran dan perasaan yang berkelindan di dalam benak.
Barangkali unek-unek itu sangat menyesakkan hati Anda. Bahkan, mungkin sudah membuat Anda stress. Untuk memperingan stress tersebut, Anda memilih jalan dengan menuliskannya. Ahli psikologi sangat mengajurkan menggunakan teknik menulis ekspresif untuk mengurangi stress.
Kedua, mengisi waktu luang.
Mengisi waktu luang bisa menjadi tujuan orang menulis. Daripada waktu yang ada disia-siakan tanpa melakukan apa-apa atau melakukan hal-hal yang tidak berguna, lebih baik menulis.
Dengan menulis, pikiran menjadi terarah, terkontrol, dan kreatif. Waktu yang terus berjalan pun bisa diisi dengan kegiatan yang baik dan produktif.
Terlebih-lebih jika menulis menjadi hobi, bakat, atau passion seseorang, niscaya dengan menulis hidup menjadi lebih bermakna untuk dijalani.
Hari-hari dijalani dengan rasa senang dan bahagia dengan aktivitas menulis. Demikian dengan waktu luang yang dimiliki bisa dimanfaatkan dengan baik dan bermanfaat.
Ketiga, untuk dipublikasikan.
Orang menulis pada umumnya bukan untuk dikonsumsi sendiri, melainkan untuk dibaca juga oleh orang lain. Jadi, menulis untuk dipublikasikan agar dibaca oleh banyak orang. Inilah yang menjadi salah satu tujuan orang menulis.
Orang akan merasa senang apabila tulisannya berhasil dipublikasikan. Ia merasa menulis sebagai kesempatan berbagi. Berbagi pengalaman, pengetahuan, atau insight kepada banyak orang.
Ia menulis agar ide-idenya tersebar luas dan dibaca banyak orang. Ia merasa senang kalau orang lain bisa merasakan manfaat dari hasil karyanya.
Keempat, untuk mendapatkan penghasilan.
Orang menulis tidak selalu untuk menebar gagasan atau pengalaman, bahkan juga untuk memperoleh penghasilan. Ya, untuk mendapatkan uang.
Kegiatan menulis bisa menjadi salah satu alternatif sumber penghasilan di samping penghasilan utama dari pekerjaan pokok.
Orang menulis artikel di koran, misalnya, salah satunya adalah untuk dapat honorarium. Pada umumnya media massa cetak dan elektronik memberikan honor bagi mereka yang tulisannya dimuat di media massa.
Besaran honornya berbeda-beda, sangat tergantung pada jenis tulisan yang dimuat dan kemampuan keuangan media yang memuatnya.
Kalau Anda menulis buku dan diterbitkan, tentu untuk mendapatkan penghasilan juga. Terhadap buku-buku yang berhasil terjual, biasanya penerbit akan memberikan royalti kepada si penulis.
Royalti bisa diberikan di depan dengan sistem beli-putus. Ada juga royalti yang diberikan dalam kurun waktu tertentu, misalnya dalam 6 bulan sekali. Besarannya sangat tergantung dari harga dan jumlah buku yang terjual, juga persentase royalti yang disepakati sejak awal.
Kelima, untuk mendapatkan nama (branding).
Ingin dikenal sebagai seorang penulis? Jika jawaban adalah ya, maka teruslah menulis. Ada dua hal mendasar yang diperlukan dalam rangka membangun branding sebagai penulis, yakni komitmen dan konsistensi. Penulis yang tengah membangun branding mesti mengupayakan keduanya.
Komitmen sangat mendasar dan penting. Komitmen adalah semacam janji kepada diri sendiri untuk menjadi seorang penulis yang berkualitas.
Di samping komitmen, konsistensi menjadi bagian yang tak kalah pentingnya. Konsistensi itu dibuktikan dengan menulis dan menulis secara berkesimbungan.
Kendati naskah ditolak redaksi koran berkali-kali, penulis yang konsisten akan tetap saja menjalani aktivitasnya sebagai penulis. Ia akan mengisi hari-harinya dengan menulis dan menulis lagi. Ia tak akan berhenti di tengah jalan. Tidak berputuis asa.
Dengan konsisten menulis, maka dia menjadi penulis yang produktif, yang kemudian mendapatkan predikat dari masyarakat sebagai seorang penulis.
Brandingnya adalah sebagai penulis, mungkin disebut sebagai kolumnis, novelis, cerpenis, esais, penyair, atau penamaan lainnya.
Nah, yang mana menjadi tujuan Anda menulis? Mengisi waktu luang? Mendapatkan uang? Menjadi terkenal dengan branding penulis? Melepaskan unek-unek yang merangsek? Jawabannya ada pada Anda, sepenuhnya!
(I Ketut Suweca, 14 Februari 2022).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H