Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melukat, Tradisi Leluhur untuk Pembersihan Lahir dan Batin

13 Februari 2022   11:33 Diperbarui: 14 Februari 2022   04:08 1118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pura Tirta Empul, Gianyar. Sembahyang sebelum melukat (Sumber gambar: travel.kompas.com).

Sementara kepalanya diguyur air, yang bersangkutan mencakupkan tangan di depan dada sambil berdoa dalam hati memohon kepadaNya agar segala mala atau kekotoran dalam diri bisa terhapuskan.

Tentu saja sebelum melukat dilakukan persembahyangan disertai doa-doa terlebih dahulu yang dipimpin oleh pendeta atau pinandita. Memohon kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang agar menganugerahi kesehatan, keselamatan, dan kebersihan sekala-niskala pada diri.

Prosesi melukat di Pura Tambawaras,Tabanan, Bali (Sumber gambar: bali.tribunnews.com). 
Prosesi melukat di Pura Tambawaras,Tabanan, Bali (Sumber gambar: bali.tribunnews.com). 

Selain di tempat seperti disebutkan di atas, melukat bisa pula dilakukan di Griya -- sebutan untuk tempat tinggal pendeta Hindu. Air yang sudah disucikan oleh pendeta melalui mantra atau doa kepada Tuhan, kemudian secara perlahan-lahan diguyurkan di kepala orang yang dilukat. Tentu saja dibarengi dengan ritual yang dibutuhkan.

Siapa Perlu Melukat?

Pada dasarnya siapa saja boleh mengikuti prosesi penglukatan ini. Asal ia memiliki kesediaan dan keyakinan yang teguh bahwa Tuhan hadir dan menjadikan air alami yang disucikan sebagai wahana untuk pembersihan diri, lahir dan batin.

Di samping itu, ada juga upacara melukat yang dilaksanakan secara khusus untuk tujuan khusus bagi seseorang. Misalnya, yang bersangkutan memiliki sifat-sifat yang dipandang kurang baik, sering bernasib sial, atau sering bingung dalam menjalani kehidupan.

Orang seperti inilah yang dimintakan dibuatkan penglukatan secara khusus dengan perangkat upacara secara khusus pula. Dengan mengikuti penglukatan seperti ini --terkadang bisa lebih dari sekali, kondisi yang bersangkutan secara berangsur-angsur akan menjadi lebih baik. Dan, banyak orang membuktikan hasilnya.

Melukat bisa dilakukan setiap waktu, tetapi jika dilaksanakan di Griya, pendeta akan menetapkan waktu terbaik untuk itu. Kalau di tempat penglukatan umum seperti di Tirta Empul dan lainnya, hampir setiap hari dibuka kesempatan bagi masyarakat untuk membersihkan diri.

Begitulah tradisi melukat yang dipelihara dan dijaga masyarakat Bali secara turun-temurun. Sebuah tradisi pembersihan diri, sekala dan niskala.

(I Ketut Suweca, 13 Februari 2022).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun