Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Menyoal "Writing Mood" dan Perlunya Jeda dalam Dunia Tulis Menulis

17 Januari 2022   17:20 Diperbarui: 31 Januari 2022   20:18 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada kesempatan bedah buku belum lama di sebuah kampus, saya ditanya oleh seorang peserta yang merupakan dosen setempat. Pertanyaan ibu dosen ini seputar mood dalam menulis.

"Pak, saya sebenarnya suka menulis. Tapi, mood menulis saya sering naik-turun. Bagaimana cara mengatasi agar mood itu bisa stabil?"

Begitulah kurang-lebih pertanyaan dosen itu.

Berpatokan pada Mood?

Terhadap pertanyaan itu, saya jawab dengan pengalaman pribadi dalam menulis. Saya bilang bahwa saya tidak lagi menulis berdasarkan mood menulis (writing mood). Mengapa? Karena mood saja tidak bisa diandalkan!

Bagaimana kalau mood menulis yang diharapkan tidak kunjung datang? Misalnya, dia datang sekali waktu saja, lalu nggak pernah datang lagi? Hasilnya, tidak banyak karya tulis yang bisa kita hasilkan.

Mood itu identik dengan suasana hati. Kalau hati lagi ingin menulis, ya, menulis. Kalau sedang nggak ada mood, ya, tidak bakal menulis.

Orang yang tergantung pada suasana hati pada umumnya menghasilkan karya berdasarkan moodnya juga. Jadi, tingkat kontinuitasnya tidak bisa dijamin.  

Syukur-syukur kalau mood itu rajin datang. Tapi, kalau tidak? Oleh karena itu, menurut penulis, lebih baik tidak menggantungkan diri semata-mata pada suasana hati. Lebih baik berdasarkan pada usaha untuk menghidupkan semangat menulis secara konsisten.

Kita mesti menyemangati diri sendiri untuk mulai menulis. Menyemangati diri dalam arti sedikit memaksa diri untuk mulai menulis.

Untuk memulai menulis mungkin terasa berat. Akan tetapi, setelah beberapa menit, kita akan terbawa asyik dalam arus ide sehingga kegiatan menulis pun menjadi lancar.

Intinya, kita harus segera memulai menulis tanpa menunggu datangnya mood. Bukankah, keberanian memulai adalah awal dari keberhasilan? Tanpa pernah memulai, kita tidak akan menghasilkan apapun.

Oleh karena itu, lupakan saja writing mood, apalagi menanti kedatangannya. Sebaliknya, mulailah menulis sesegera mungkin. Jangan ditunda-tunda lagi. Penundaan hanya membuang-buang waktu tanpa hasil.

Perlu sedikit paksakan diri menulis di awal sampai kemudian bertemu dengan kegairahanan dan keasyikan dalam menjalani proses menulis itu.

Menulis itu perlu jeda (Sumber gambar: thriveglobal.com)
Menulis itu perlu jeda (Sumber gambar: thriveglobal.com)

Jeda Menulis, Mengapa Perlu?

Jeda dimaksudkan untuk menyegarkan kembali semangat dalam menulis sehingga hasil yang dicapai menjadi lebih baik. Sebagai manusia biasa, kita juga perlu istirahat, perlu jeda (pause).

Kalau terlalu memaksakan diri menulis, seringkali hasilnya tidak bagus. Boleh jadi kita punya banyak tulisan, tapi kualitasnya kedodoran. Tentu kita tidak hanya ingin menulis banyak dalam hitungan jumlah, juga berharap kualitas tulisan kita lebih baik.

Jeda menulis sewaktu-waktu memang diperlukan. Jeda memberi istirahat sejenak dari kegiatan menulis. Jeda, bisa juga dimanfaatkan untuk menggali informasi dan pengetahuan yang berguna untuk memperkaya tulisan kita berikutnya.

Oleh karena itu, tidak mengapa kita sekali waktu jeda menulis. Setelah jeda, pikiran sudah fresh dan siap kembali menulis untuk karya berikutnya yang lebih baik.

Jeda menulis ini adalah kegiatan yang disengaja. Artinya, sengaja berhenti sejenak untuk menulis. Dengan kata lain, memilih mengambil masa istirahat beberapa saat sambil mengisi tangki pemikiran.

Berbeda dengan mood yang memang tergantung pada suasana hati dan tidak bisa diandalkan dalam upaya menjaga produktivitas menulis.

Semoga kita bisa menulis dengan lebih produktif tanpa mengandalkan mood. Mudah-mudahan kita juga mampu menulis lebih berkualitas setelah jeda diakhiri dan aktivitas menulis dimulai.

(I Ketut Suweca, 17 Januari 2022).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun