Saya merasa mendapat kehormatan ketika baru-baru ini diundang hadir dalam acara bedah buku. Kali ini, yang mengundang adalah sebuah perguruan tinggi swasta, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Buleleng, Singaraja, Bali untuk menjadi pembahas atau pembedah buku. Saya merasa gembira bisa ikut andil dalam acara yang diikuti oleh kalangan dosen dan mahasiswa perguruan tinggi setempat.
Catatan Ringan
Buku yang dibahas diterbitkan oleh Penerbit Swasta Nulus Denpasar pada November 2021 ini, berisi kisah perjalanan hidup seorang dokter yang bernama lengkap dr. Ketut Putra Sedana, SpOG. Masyarakat lebih mengenal nama panggilannya yaitu Dokter Caput. Tidak mau disebutkan sebagai buku otobiografi, cukup dengan istilah "Catatan Ringan tentang Perjalanan Hidup dr. Ketut Putra Sedana, SpOG."
Buku setebal 142 halaman ini berkisah tentang masa kecil sang tokoh hingga saat ini, berikut kegagalan dan keberhasilan yang dialami di sepanjang perjalanan hidupnya. Bagaimana dia yang lahir dari keluarga sederhana dan kemudian terus menempuh pendidikan hingga menjadi seorang dokter spesialis, dipaparkan secara gamblang dalam buku ini.
Kesuksesan dan Kegagalan
Kisah hidupnya tidak hanya terdiri dari sederet kesuksesan, melainkan juga kegagalan. Akan tetapi, setiap kali gagal, ia kembali bangkit dan lanjut melangkah. Alhasil, ia pun terbilang sukses dalam kariernya.
Ia berhasil melayani masyarakat melalui kliniknya yang bernama Klinik Bersalin Permata Bunda yang sudah dikenal masyarakat. Ia juga sedang dalam proses penyelesaian pendidikan S3 di Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja.Â
Selain itu, pada medio Desember 2021, dia telah berhasil menyabet kualifikasi yang tinggi dalam dunia beladiri karate, yakni menyandang sabuk hitam DAN IV.
Banyak hal yang bisa dipelajari dari perjalanan hidup pria kelahiran 6 Maret 1969 ini. Â Berikut beberapa di antaranya yang saya angkat dari buku ayah tiga anak ini. Nilai-nilai yang dituangkan dalam buku ini dengan jelas menggambarkan kematangan pribadinya.
Pentingnya Pendidikan
Pertama-tama adalah tentang pendidikan. Pendidikan bagi dokter Putra Sedana adalah hal yang harus dikejar. Sebab, menurutnya, pendidikan adalah modal dasar dan utama untuk maju dan berkembang.
Pentingnya pendidikan ini ditanamkan oleh ayahandanya, Nyoman Gelgel Sulendra, BA. Ayahnyalah yang selalu mengingatkan untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya. Dan, pesan orangtuanya itu merasuk ke dalam hati sanubari dan melekat hingga kini.
Itulah sebabnya dia berjuang keras meraih pendidikan hingga ke tingkat strata tiga. Ia kini adalah kandidat doktor ilmu pendidikan di Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja.
Pekerja Keras
Dokter Ketut Putra Sedana adalah seorang pekerja keras. Hal ini dibuktikan sejak masih anak-anak. Di luar jam sekolah, ia berjualan es keliling, juga menjadi pemungut bola tenis di lapangan tenis yang terletak tidak jauh dari tempat tinggalnya. Dengan begitu, dia mendapatkan tambahan bekal untuk kebutuhan sekolah.
Selanjutnya, ketika beranjak ke tingkat sekolah menengah pertama, Putra Sedana kecil pernah menjadi kernet bemo. Ya, menjadi asisten sopir bemo yang berkeliling kota mencari penumpang. Ia mengaku, semua itu diajalaninya dengan penuh kegembiraan. Tidak ada beban berat dirasakannya.
Ketika kemudian beranjak dewasa dan ketika kuliah ia tetap mengusahakan agar biaya kuliahnya tidak membebani orangtua. Ia mencoba berbisnis di samping membuka praktik begitu selesai kuliah kedokteran.
Kuliah dokter spesialisnya yang membutuhkan biaya tidak sedikit bisa ditempuh dengan baik dengan dukungan bisnis mandiri yang dilakukannya. Jadi, prinsip kerja keras sudah dilakoninya sejak anak-anak hingga kini.
Menghargai Proses
Dalam menjalani semua itu, ia sangat menghargai proses. Ya, bersedia menjalani semua proses hidup dengan ikhlas dan sabar.
Banyak orang yang memiliki mentalitas menerabas. Artinya, mereka ingin serba instant, serba cepat, tidak mau menjalani proses sebagaimana seharusnya dijalani.
Menjalani proses, sebagaimana ditulis oleh dr. Putra Sedana, akan membawa orang pada pematangan diri. Tidak seperti buah yang dipaksa untuk segera menjadi matang, melainkan membiarkan berlangsung sedemikian rupa bersama dengan berjalannya waktu sehingga hasilnya pun maksimal sesuai dengan harapan.
Tidak Lupa Berbagi
Selanjutnya, ketika sedikit demi sedikit ada pencapaian, pria berkulit putih dan berkumis ini tidak pernah lupa untuk berbagi. "Dengan berbagi, kita menciptakan ruang kosong pada diri yang siap diisi. Dan, hanya mereka yang bersedia berbagilah yang berhak menerima," ujarnya. Â
Dalam berbagi, dokter yang pengurus dan pelatih karate ini juga tidak melulu berbagi kepada sesama manusia. Bahkan, dia juga berbagi kepada makhluk Tuhan lainnya, seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan.
"Menyiram tanaman setiap pagi, menyiangi secara rutin, adalah salah satu cara berbagi terhadap tumbuh-tumbuhan. Dan, dengan demikian kita akan merasakan kebahagiaan," tambahnya.
Di dalam buku ini, dr. Putra Sedana, SpOG juga menyebutkan bahwa dia tengah membantu anak-anak yatim-piatu agar bisa bersekolah. Terdapat 25 anak yatim-piatu yang dibantunya dengan sejumlah dana yang dikirim via rekening setiap bulannya. Motivasinya hanya satu, membantu orang susah agar bisa melanjutkan pendidikan.
Menyiasati Kegagalan
Di dalam bukunya, pria yang murah senyum ini juga menuliskan kegagalan yang pernah dialaminya. Tidak melulu kesuksesan demi kesuksesan yang ditulis, melainkan juga kegagalan-kegagalan. Lalu, bagaimana dia menyiasati kegagalan itu?
Tentu saja setiap kegagalan membawa orang pada rasa kecewa, kecewa terhadap diri sendiri, bahkan terkadang juga bisa kecewa kepada orang lain. Padahal, kegagalan yang dialami seharusnya menjadi tanggung jawab sendiri, bukan?
Dokter Putra Sedana mengajak siapa pun yang mengalami kegagalan agar segera bangkit. Jangan membiarkan diri terpuruk. Menurutnya, tidak mengapa kalau kegagalan dialami, sebab orang yang tidak pernah gagal, punya kecenderungan menjadi orang yang sombong, takabur.
Ia mengajak siapa pun yang mengalami kegagalan untuk tidak berputus asa. Kegagalan sangat manusiawi sifatnya. Yang penting adalah kembali bangkit dan berusaha lagi dengan lebih baik.Â
"Kalau melihat orang yang sedang gagal dan terpuruk, janganlah hendaknya dihakimi atau dipojokkan. Seharusnya, besarkan dan kuatkan hatinya agar bisa bangkit dari keterpurukan," tegasnya.
Hormat dan Cinta Orangtua
Satu hal lagi yang bisa dipelajari dari dokter yang satu ini, yakni kecintaan dan rasa hormat kepada orangtua, ayah dan ibunya. Dalam buku kisah hidup yang saya bedah ini, ia menulis betapa cintanya kepada kedua orangtuanya. Karena, merekalah yang melahirkan, memelihara, menyekolahkan, dan membesarkanmnya. Tanpa mereka, bakal jadi apa?
Jadi, menghormati dan mengasihi kedua orangtua adalah mutlak. Apapun pekerjaan yang dilakukan, tanpa restu orangtua, terutama restu ibu, akan sulit berhasil.
Restu orangtua, menjadi dasar dalam melakoni kehidupan. Maka, beruntunglah mereka yang mengasihi dan menghormati orangtua mereka.
Itulah sedikit tentang kisah hidup dan pesan dr. Ketut Putra Sedana, SpOG. Pembaca yang beruntung membaca buku tentang kisah hidup ini akan merasakan siraman rohani yang berharga dan menguatkan.
(I Ketut Suweca, 9 Januari 2022).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H