Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

"Self Development", Seberapa Pentingkah?

2 Januari 2022   16:14 Diperbarui: 5 Januari 2022   09:02 2347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Internship sebagai salah satu upaya personal development di tahun 2022. Sumber: Pixabay.com

Kita sudah berada di awal tahun 2022. Berbagai resolusi kita susun di tahun ini. Misalnya, ada rencana memperbaiki rumah, membeli kendaraan, memiliki pakaian bagus, dan sejenisnya. Tetapi, sudahkah kita menyusun rencana pengembangan diri (self development)? Yang disebut terakhir ini penting sekali!

Mari kita bahas lebih jauh tentang hal yang satu ini, mengingat ini merupakan bagian penting dalam rangka meraih pencapaian di bidang keahlian atau keterampilan. Goal-nya adalah kehidupan yang lebih baik.

Kita akan membicarakan berberapa hal yang berkaitan dengan self development, mulai dari pengertian, urgensi, hingga pilihan pengembangan diri yang bisa kita ambil.  

Pengertian Self Development

Self development atau pengembangan diri -- secara definitif, diartikan sebagai proses membangun diri sendiri yang dijalani manusia sepanjang hidupnya dengan tujuan untuk memaksilkan pencapaian di dalam hidupnya.

Sejak seorang anak mulai dapat memaksimalkan potensi akalnya, maka anak tersebut akan belajar dari sekitarnya termasuk ilmu di sekolah sehingga kualitas dirinya meningkat. Begitu dilakukan hingga dewasa.

Self development merupakan aktivitas yang berkelanjutan. Tidak berhenti hanya pada suatu titik tertentu, pada saat usai kuliah, misalnya. Self development dilakukan sepanjang hayat.

Tanpa upaya self development yang berkesinambungan, kita akan mengalami banyak kesulitan dalam menyesuaikan diri di tengah pesatnya kemajuan. Kita juga akan kesulitan dalam mengaktualisasi potensi diri.

Ilustrasi self development (Sumber gambar: qubisa.com)
Ilustrasi self development (Sumber gambar: qubisa.com)

Mengingat demikian pentingnya self development, maka mau tak mau, harus dilakukan. Kita sendirilah yang mesti mengusahakannya.

Kendati dalam pembiayaan, misalnya, dibantu oleh pihak lain, tetapi niat dan kemauan untuk selalu mengembangkan kemampuan diri mesti berasal dari diri sendiri. Tanpa kemauan untuk mengembangkan diri, maka pengetahuan dan keahlian kita tidak akan bertambah.

Berangkat dari Potensi Diri

Yang harus menjadi dasar acuan dalam pengembangan diri adalah potensi diri. Dengan kata lain, jika kita ingin mengembangkan diri, seyogianya berangkat dari bakat, minat, atau panggilan hati.

Selama ini potensi yang ada mungkin belum berkembang secara maksimal: sebagian besar masih terpendam dan tidak teraktualisasikan ke dalam bentuk keahlian atau keterampilan nyata yang bisa dipraktikkan dalam kehidupan.

Perlunya self development mengikuti  potensi diri adalah mutlak karena akan berdampak. Apabila ini dikembangkan secara maksimal, maka kita akan menjalani pekerjaan, karier, dan hidup dengan bahagia. 

Di samping itu, peluang pencapaian hingga ke puncak-puncak prestasi sangat dimungkinkan. Maka, sebaik-baiknya pengembangan diri adalah yang berangkat dari potensi diri.

Tiga Alternatif

Terdapat beberapa pilihan yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kualitas diri. Setiap pilihan ada spesifikasinya lagi sehingga kita memiliki beragam pilihan spesifik yang bisa diambil. Apakah itu?

Pertama, kuliah di perguruan tinggi. Studi di perguruan tinggi adalah salah satu cara yang lazim dalam upaya pengembangan diri. Dengan mengikuti perkuliahan, kita akan belajar secara terstruktur, terarah, selaras dengan keahlian yang sedang ditekuni. Kita bisa mengambil program Diploma, S1, S2, bahkan S3.

Kuliah tidak semata-mata untuk mengejar ijazah, melainkan terutama untuk mengejar ilmu pengetahuan atau keahlian. Dengan perkuliahan yang diikuti secara sungguh-sungguh dan di lembaga yang baik, diharapkan kita memperoleh ilmu pengetahuan atau keahlian yang memadai untuk memasuki dunia kerja dan mendapatkan peningkatan karier.

Kuliah di perguruan tinggi tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan yang lebih dalam, bahkan juga mengasah kemampuan berpikir kita.

Dalam proses perkuliahan, kita akan terlatih untuk berpikir analitis, sistematis, dan kritis. Kemampuan berpikir ini sangat berguna dalam pengambilan keputusan dalam dunia kerja dan bermanfaat dalam kehidupan pada umumnya.

Kedua, mengikuti pelatihan. Kuliah di perguruan tinggi adalah salah satu alternatif saja. Di samping itu, pengembangan diri juga dapat dilakukan dengan mengikuti pelatihan yang relevan.

Belakangan ini program workshop, pelatihan dan ujian sertifikasi kian banyak ditawarkan. Ada yang berkaitan dengan manajemen, public speaking, perhotelan, kuliner, dan seterusnya. Tinggal memilih keahlian mana yang ingin kita dalami sekaligus dengan mempertimbangkan waktu dan dana yang tersedia.

Pelatihan yang diikuti itu hendaknya berlanjut. Tidak sekali diikuti, lalu selesai dan merasa sudah cukup. Pelatihan demi pelatihan seyogianya diikuti secara berkelanjutan sehingga kita bisa selalu mengikuti perkembangan di bidang keahlian yang kita tekuni.

Ketiga, belajar otodidak. Ada orang yang karena alasan tertentu lebih memilih belajar secara otodidak. Contohnya, sahabat saya yang belajar bahasa Inggris secara mandiri. Pelajaran bahasa asing ini di SMP dan SMA dulu rupanya sama sekali belum cukup baginya.

Ia pun memutuskan untuk belajar bahasa Inggris secara mandiri di rumah. Caranya antara lain dengan membaca buku-buku teori bahasa Inggris di samping  rajin mendengar video dan film berbahasa Inggris.

Dia sering membaca buku bacaan -- termasuk novel, dan koran berbahasa Inggris, juga sering bercakap-cakap dalam bahasa Inggris dengan orang asing setiap kali berjumpa dengan mereka.

Setelah belajar dan mempraktikkannya dengan tekun selama beberapa tahun, akhirnya ia terampil berbahasa Inggris tanpa harus kuliah di bidang ini. Keren, bukan?

Berbagai keterampilan lain juga bisa dilakukan dengan secara otodidak. Yang diperlukan adalah ketekunan, kesabaran, dan disiplin dalam melakoninya. Yang paling sering menjadi penyebab kegagalan adalah lantaran orang tidak fokus belajar dan kalah melawan kemalasan.

Itulah beberapa pemikiran dalam upaya mewujudkan self development. Dengan selalu meningkatkan kualitas diri, maka kita akan bisa mengikuti perubahan yang terjadi, bahkan menjadi pelopor perubahan di lingkungan kita.

Ingatlah bahwa tanpa self development sebenarnya kita sudah 'mati' sebelum mati.

(I Ketut Suweca, 2 Januari 2022).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun