Kelima, cara berdiri
Bagaimana kita bisa menebak pikiran atau isi hati pembicara melalui caranya berdiri atau memposisikan diri saat berdiri?
Dalam acara yang sifatnya formal, biasanya pembicara berdiri di belakang podium yang sudah disiapkan. Agak sulit menebak keadaan pikiran dan suasana hati seseorang apabila ia "bersembunyi" di balik podium. Akan tetapi, untuk acara-acara yang bersifat formal-seremonial, berdiri di belakang podium tidak terelakkan karena sudah disediakan oleh panitia penyelenggara.
Lalu, bagaimana dengan berdiri sehingga sekujur tubuh pembicara tampak jelas oleh seluruh audiens? Perhatikan bagaimana cara berdirinya. Lemah atau tegak? Bagaimana dengan tangannya? Dibiarkan bebas atau dimasukkan ke dalam saku?
Pembicara yang baik tidak akan memasukkan tangan ke dalam saku celana, sebab hal itu menyiratkan kurangnya keyakinan diri. Atau, si pembicara sedang menyembunyikan rasa groginya.
Keenam, gerakan tangan
Gerakan tangan adalah bentuk bahasa tubuh yang biasa kita lihat. Artinya, kita sudah sering melihat, bahkan melakukannya ketika sedang berbicara. Pada dasarnya, gerakan tangan selaras dengan apa yang sedang diucapkan. Lebih sering bersifat otomatis. Â
Dengan gerakan tangan, orang menunjukkan penolakan, persetujuan, penghargaan, dan penyampaian pujiannya kepada orang lain. Setiap gerakan tangan mengandung pesan tersendiri.
Misalnya, jika seorang pembicara ingin menyampaikan penolakan, ia akan menggerak-gerakan tangannya sedemikian rupa dengan telapak tangan menghadap ke depan.
Kalau hendak memuji seseorang, dia bisa menunjukkan pujiannya dengan mengacungkan satu atau kedua jempolnya. Mungkin disertai dengan kata-kata, "Keren, keren!"
Itulah 6 macam bahasa tubuh (body language) yang menjadi amunisi bagi pembicara, sekaligus menjadi bekal bagi siapa pun yang hendak menganalisis dan memahami apa yang disampaikan pembicara, lebih dari sekadar apa yang diucapkannya.