Jadi, menangkap gagasan itu sangat penting jika tidak mau kehilangannya. Jika Anda tidak menangkapnya dan menganggap bahwa ide itu akan bisa Anda ingat kembali dengan mudah, maka Anda salah.
Gagasan itu seperti manusia dengan kepala yang berambut pada bagian depannya, tetapi botak di bagian belakangnya. nah, jika hendak menyambar, sambarlah dari depan ketika dia akan lewat di depan Anda. Jangan menyambarnya dari belakang, nggak bakal dapat, Anda terlambat.Â
Kehilangan Ide
Saya beberapa kali tidak menangkap (baca: mencatat) ketika ide-ide yang hadir itu. Lalu, sebentar kemudian ia lenyap, hilang.
Ketika berusaha memanggilnya kembali, ternyata saya tidak berhasil. Ide yang sudah lenyap, sulit diingat kembali. Mungkin dia emoh balik ke saya yang malas, he he he.
Oleh karena itu, jalan terbaik adalah mencatat ide-ide yang bersliweran di dalam benak itu. Setelah menangkapnya, Anda dalam keadaan tenang bisa melanjutkan ke dalam bentuk sebuah karya tulis yang lengkap.
Kapan Datangnya?
Kadangkala Anda bisa didatangi oleh ide itu. Ketika Anda sedang ngopi, ide itu datang. Ketika sedang di toilet, ide itu bisa datang. Ketika sedang dalam perjalanan, ide itu datang. Ketika sedang duduk sendiri, ide itu datang. Tatkala sedang ngobrol dengan teman, ide itu datang.
Ide itu datang di sembarang waktu, kapan pun ia mau. Nah, bersediakah Anda menangkapnya dan menjadikannya bahan tulisan? Contoh nyatanya adalah tulisan-tulisan yang kita upload di kompasiana berasal dari tangkapan itu.
Saya sering mendapatkan ide dari membaca tulisan orang lain, termasuk membaca artikel teman-teman di kompasiana. Tiba-tiba saja saya menemukan sisi lain dari sebuah masalah yang ditulis seorang sahabat. Nah, saya akan tulis dari sisi tersebut.
Yuk, kita catat ide-ide itu sesegera mungkin. Kemudian, sediakan waktu untuk memulai menuliskannya sampai menjadi sebuah artikel yang komplit.