Pada beberapa kesempatan saya singgah di akun yang dimiliki para mahasiswa dan memberikan apresiasi. Walaupun belum banyak tulisan mereka, namun start sudah dilakukan.
Kendatipun banyak yang menulis lantaran memenuhi kewajiban dari sang dosen, namun ini sebuah kemajuan sekaligus tantangan yang harus dijawab oleh para mahasiswa. Mengapa?
Alasannya, antara lain, mahasiswa termasuk dalam kelompok intelektual. Kaum intelektual adalah kaum yang mengedepankan kemampuan berpikir secara rasional. Mereka pada umumnya bersikap kritis, argumentatif, rasional, dan memiliki idealisme.
Nah, dengan kemampuan berpikir seperti itu maka sangat tepat jika mahasiswa nimbrung membagikan pendapat atau pengetahuannya ke dalam bentuk karya tulis yang dipublikasikan. Dengan begitu, mahasiswa bisa berkontribusi bagi orang lain. Pembaca akan mendapatkan manfaat dari tulisan para mahasiswa-penulis.
Terkait ini, saya teringat zaman mahasiswa tempo dulu. Ada ungkapan yang sering didengungkan:Â perguruan tinggi jangan hendaknya menjadi menara gading. Maksudnya, perguruan tinggi jangan sampai tidak bermanfaat bagi lingkungannya.
Selanjutnya dikatakan, perguruan tinggi mesti menjadi menara air, yang airnya mengalir untuk sekelilingnya. Menara air yang bisa memberikan kehidupan, memenuhi kebutuhan akan air, tidak hanya bagi manusia, bahkan bagi semua makhluk hidup. Ungkapan terakhir ini masih relevan hingga saat ini.
Nah, sejalan dengan ungkapan tersebut, maka menjadi sebuah tantangan bagi mahasiswa untuk berbuat sesuatu bagi masyarakat, antara lain melalui karya tulis yang dihasilkan dan dipublikasikannya. Dengan begitu, stigma menara gading bisa dihapus, branding menara air bisa direalisasikan.
Kalau kemudian banyak mahasiswa yang terjun ke dunia tulis-menulis dan mempublikasikan karya-karya mereka, tentu merupakan sesuatu yang membanggakan. Sebuah tantangan yang sudah terjawab dengan hasil karya.
Tiga Pertimbangan
Akan tetapi, saya yakin masih lebih banyak mahasiswa yang ingin sekali menulis di media massa cetak atau media  digital seperti kompasiana tetapi tidak kunjung menulis. Terkait ini, silakan mempertimbangkan tiga hal berikut.
Pertama, menulis itu praktik. Jadi, tulis saja apa yang mau ditulis, entah itu teori, pengalaman, gagasan sendiri, hasil pencermatan lapangan, atau gabungan dari semuanya.