Misalnya, keluhan seputar kesulitan menemukan ide. "Bagaimana saya bisa menulis kalau saya tidak punya ide. Apa dong yang saya tulis?," mungkin begitu kata calon penulis.
Sampai di sini, saya teringat ungkapan dari penulis Neil Gaiman, novelis asal Inggris. Ia mengatakan bahwa "You get ideas from daydreaming. You get ideas from being bored. You get ideas all the time."
Saya rasa apa yang disampaikan Neil Gaiman itu benar adanya. Asal kita mau menulis, ide-ide itu pasti ada saja. Kita bisa memetik gagasan setiap hari dari berbagai sumber inspirasi dan digabungkan dengan kemampuan olah pikir kita.
Para penulis senior sering menganjurkan untuk menulis secara kontinu. Tidak mengapa kalau tulisan kita buruk pada draft pertama. Tulis saja sampai tuntas. Ya, sampai tulisan itu selesai.
Setiap orang, dalam menyusun draft pertama, pada umumnya melakukan banyak kesalahan. Salah ketik, tulisan kurang sistematis, salah penempatan kata, ketidaktepatan pilihan kata, dan sebagainya. Belum lagi masalah yang berkaitan dengan ejaan.
Dianjurkan agar kita tidak takut menulis buruk pada awalnya, karena toh akan ada waktu untuk menyuntingnya. Nah, pada saat menyuntinglah dilakukan pengeditan secara bertahap pada seluruh aspeknya.
Sesudah melakukan proses editing berulang-ulang, barulah akan tampak tulisan kita lebih rapi dan afdal.
Menulis secara Sederhana
Yang terpenting dalam menulis adalah bagaimana kita mengusahakan agar artikel kita bisa dimengerti dengan mudah oleh pembaca. Oleh karena itu, proses editing diarahkan agar tulisan kita gampang dipahami.
Janganlah dengan sengaja membuat artikel yang ruwet, yang sulit dimengerti. Jangan pernah dengan sengaja membuat tulisan yang susah dipahami, apalagi sekadar agar terlihat hebat dan ilmiah.