Sejak berstatus sebagai pegawai sekaligus mahasiswa, saya pun memberanikan diri menulis ke koran lokal dan nasional. Beberapa koran yang pernah memuat tulisan saya dulu, di antaranya Berita Yudha, Simponi, Swadesi, Nusa Tenggara, Bali Post, Bali Travel News, dan beberapa lagi lainnya.
Pemuatan tulisan itu bagi saya sungguh membahagiakan. Melihat artikel yang saya tulis terpampang di koran, betapa menyenangkan. Lalu, belakangan, ketika honorarium datang melalui weselpos, betapa membahagiakan.
Honor-honor yang tidak banyak itu lumayan bisa membantu memenuhi kebutuhan di luar gaji yang saya dapat. Dengan honor tersebut, saya bisa membeli buku, dan beberapa keperluan lainnya yang kecil-kecil.
Membaca Dulu, Lalu Menulis
Itulah secuil kisah yang saya jalani. Saya berangkat menjadi penulis dilatarbelakangi oleh kegemaran membaca buku dan sumber bacaan lainnya. Tanpa membaca, saya pasti mengalami kesulitan dalam menulis. Mungkin tidak terinspirasi untuk menulis.
Dengan banyak membaca kita akan dapatkan pengetahuan yang kita inginkan. Dengan sering membaca kita akan dapatkan perbendaharaan kata atau kosa-kata yang kian luas. Dengan membaca kita terispirasi untuk mencoba menulis seperti buku atau artikel yang pernah kita baca.
Kata bijak yang mungkin sudah sering kita baca bahwa orang yang ingin menjadi penulis harus rakus membaca, terbukti kebenarannya. Nah, sudahkah kita rajin membaca untuk tetap bisa eksis menulis?
(Â I Ketut Suweca, 7 September 2021).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H