Kalau pikiran tidak dimanfaatkan, ia sama saja dengan lahan yang tidak ditanami apapun. Sawah ladang yang tidak ditanami akan ditumbuhi tanaman liar dan semak-semak tidak berguna.
Demikian juga dengan pikiran. Jika pikiran kita tidak diarahkan dan diasah secara kontinu, bukan mustahil akan ditumbuhi oleh rumput-rumput negativitas yang membawa keterpurukan. Pikiran-pikiran negatif bisa tumbuh dengan suburnya.
Oleh karena itu, sangat penting untuk mengaktifkan dan mengarahkan pikiran ke hal-hal yang positif dan bermanfaat.
Di dalam pikiran tentu terpendam pengetahuan dan pengalaman selama menjalani hidup atau saat masih aktif bekerja sebelumnya. Ada banyak pengalaman dan pengetahuan yang tersimpan.
Nah, sayang sekali kalau pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan itu hanya untuk dibawa mati. Ikut dikubur ketika kita mati tanpa meninggalkan catatan apa pun.
Membaca Buku
Di samping itu, untuk bisa menulis secara berkesinambungan dan ada manfaatnya bagi pembaca, tentu kita mesti rajin menambah pengetahuan dari berbagai sumber.
Kita bisa membaca buku-buku yang kita minati. Paling tidak membaca perkembangan opini agar tetap aktual ketika hendak menulis.
Dengan demikian, kita bisa bagikan kepada khalayak pembaca sesuatu yang selalu memberikan unsur kebaruan di samping sejumlah pengalaman hidup yang barangkali berguna bagi orang lain.
Sampai di sini saya teringat dengan apa yang ditulis oleh sastrawan terkenal Pramoedya Ananta Toer yang ungkapannya banyak disitir oleh para penulis.
Dikatakannya, "Karena kau menulis, suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari".